Pesta Keluarga Kudus, Yesus, Maria, Yusuf: Belajar Arti Cinta dalam Keluarga

0
54 views
Yesus di Bait Allah. (Ist)

Minggu, 29 Desember 2024

1Sam. 1:20-22,24-28.
Mzm. 84:2-3,5-6,9-10.
1Yoh. 3:1-2,21-24.
Luk. 2:41-52

KELUARGA adalah rancangan Allah yang indah, tempat pertama di mana kasih dan karakter seseorang dibentuk.

Dalam keluarga, kita belajar arti cinta yang sejati, pengorbanan, dan tanggungjawab. Keluarga bukan sekadar tempat tinggal, tetapi pusat pendidikan pertama dalam kehidupan seseorang.

Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat dan alami di rumah. Ketika keluarga dipenuhi dengan cinta, pengampunan, dan kesabaran, karakter yang kuat dan ilahi akan terbentuk secara alami.

Cinta dalam keluarga bukan hanya perasaan, tetapi tindakan nyata yang mencerminkan kasih Allah. Dalam keluarga, kita belajar memberi dan menerima, memahami dan mengampuni, serta berbagi suka dan duka.

Ketika kita merenungkan kehidupan Yesus, terutama pada masa muda-Nya, kita melihat bagaimana komitmen kepada Tuhan menjadi landasan utama hidup-Nya.

Pada usia muda, Yesus sudah memiliki kesadaran mendalam akan panggilan-Nya untuk melayani Allah.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.”

Jawab-Nya kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?”

Dari ayat ini, kita belajar bahwa Yesus, bahkan sejak usia muda, memahami prioritas hidup-Nya: melakukan kehendak Bapa.

Ini adalah panggilan yang mendalam untuk kita semua. Sebagai anak-anak Allah, apakah kita juga memiliki kesadaran yang sama untuk menjadikan kehendak-Nya sebagai pusat hidup kita?

Sering kali, kita terlalu sibuk dengan kekhawatiran duniawi sehingga lupa bahwa tujuan utama hidup kita adalah berjalan dalam kehendak Allah.

Seperti Maria dan Yusuf, kita juga bisa merasa cemas atau bingung ketika Allah bekerja di luar pengertian kita. Namun, melalui kisah ini, kita diajak untuk percaya bahwa Allah selalu memiliki rencana yang lebih besar daripada yang bisa kita pahami.

Ketika kita tidak memahami apa yang Allah lakukan dalam hidup kita, kita diajak untuk tetap percaya dan mencari Dia di “rumah Bapa,” yaitu dalam doa.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku mengutamakan kehendak Allah dalam rumah tanggaku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here