“SEKARANG”, kata Tuhan kepada Faustina, “Aku mengutus engkau membawa kerahiman-Ku kepada umat manusia di seluruh dunia. Aku tidak ingin menghukum umat manusia yang sedang sakit. Sebaliknya, Aku ingin menyembuhkan mereka, sambil mendekapkan mereka ke hati-Ku yang Maharahim.” (Buku Harian Santa Faustina XXIX).
Kisah di atas bertolak pada kehidupan rohani seorang biarawati di Polandia (Krakow) bernama Helena yang kemudian disebut Suster Maria Faustina. Perjalanan Santa Faustina membukakan pintu baru bagi kehidupan manusia diseluruh dunia bahwa Allah yang Maharahim selalu memberikan berkat kepada semua orang yang percaya kepada-Nya.
Santa Faustina telah memberikan teladan iman kepada kita masing-masing mengenai kasih kerahiman Allah kepada manusia. Pengalaman hidupnya akan misteri imannya tidak terkontekstualisasi pada Kitab Suci melainkan permenungan atas apa yang dibaca dalam kitab suci. Juga pengalaman Orang Kudus ini membawanya untuk menemukan Allah dalam jiwanya.
Pertemuan Santa Faustina dan Yesus membawa berani mewartakan kasih kerahiman kepada seluruh dunia, berdasarkan tugas pengutusannya: “Lukislah sebuah gambar tepat seperti yang engkau lihat ini, dengan tulisan di bawahnya: Yesus, Engkau Andalanku. Aku menghendaki agar gambar ini diberikati secara meriah pada hari Minggu pertama sesudah Paskah dan Hari Minggu itu harus menjadi Pesta Kerahiman.” (Buku Harian Santa Faustina, XXXVII). Peristiwa ini membawa kita pada perayaan yang penuh sukacita ini.
Berdasarkan perayaannya yang pertama tahun 1931 di Plock dan pada perkembangannya, Perayaan Kerahiman Ilahi ditetapkan oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 30 April 2000. Perayaan ini berkembang secara terus-menerus hingga saat ini, terutama perayaan Pesta Kerahiman Ilahi yang dirayakan pada hari Minggu Paskah II atau Minggu setelah Paskah dan perayaan ini diminta untuk rayakan oleh Gereja seluruh dunia.
Pesta Kerahiman Ilahi
Pada Minggu Paskah II tanggal 7 April 2024, perayaan Pesta Kerahiman Ilahi dilaksanakan oleh seluruh umat Katolik. Para seminaris di Seminari Tinggi Antonino Ventimiglia Pontianak dan umat Katolik merayakan Perayaan Kerahiman Ilahi di Kapel Sang Pemanih Seminari. Perayaan ini diawali dengan perarahan dari depan kapela menuju ke dalam dan dilanjutkan Perayaan Ekaristi yang dipimpin langsung oleh Rektor Seminari: Romo Ambrosius Dhai Mosa Pr.
Semua umat yang hadir diminta untuk membawa gambar kerahiman ilahi, saat perarakan ke dalam kapela. Gambar-gambar yang dibawa oleh umat, diletakan di depan altar. Momen ini dilakukan untuk mengenang peristawa yang telah dilakukan oleh Santa Faustina di beberapa tahun lalu dan sebagai peristawa kasih kerahiman Allah kepada seluruh umat manusia di dunia.
Momen ini dirayakan dengan sukacita, karena kerahiman Allah menyertai seluruh hidup manusia melalui kebangkitan Kristus yang memberikan semangat baru bagi seluruh umat-Nya. Pesta Kerahiman diawali dengan Devosi Kerahiman Ilahi selama sembilan hari; dimulai hari Jumat Agung. Umat begitu antusias dalam mengikuti prosesi perayaan ini.
Dalam kotbahnya, Pastor Ambrosius mengatakan bahwa “Devosi ini menggambarkan sifat Allah yang paling tinggi, yaitu belas kasih. Santa Faustina adalah orang yang tidak tamat Sekolah Dasar. namun memiliki iman yang teguh. Ia berbeda dengan kita yang berpendidikan tinggi, namun memiliki iman yang terkadang suam-suam kuku. Kita yang berpendidikan tinggi, terkadang memperkarakan Tuhan. Faustina diminta untuk berdoa kepada dunia yang tidak mengenal Allah. Misalnya dalam hidup berkeluarga terkadang belas kasih tidak hadir dari diri seorang suami atau seorang isteri.
Haruslah menciptakan belas kasih antar suami dan isteri serta anak-anak.
Yesus meminta kepada Faustina, mengatakan, “Puteri-Ku, lukislah gambar seperti yang kamu lihat. Aku ingin dunia mengenal belas kasih Allah dan mereka datang untuk melihat gambar ini yang ditempatkan di tempat umum”.
Ia juga berpesan agar umat selalu membawa gambar kerahiman ilahi dalam perjalanan.
Oleh karena itu, semua umat pun harus memiliki waktu atau kesempatan untuk berdevosi kepada kerahiman ilahi. Agar tidak ada lagi keragu-raguan untuk percaya kepada Kristus yang kita imani dalam seluruh perjalanan hidup kita. Momen ini pun mengingatkan kita untuk hidup dan percaya kepada Kristus, meskipun tidak melihat.
Kepada para seminaris, pun diminta agar meluangkan waktu untuk berdevosi kepada kerahiman ilahi, terutama sebagai calon imam. Agar kekudusan imamatnya nanti tetap terjaga. Juga devosi kepada kerahiman ilahi pun harus diwartakan kepada seluruh umat manusia sebagaimana yang telah dipesankan Yesus kepada St. Faustina. Sehingga semua umat dapat mengenal lebih jauh peristiwa kerahiman Allah kepada manusia di seluruh dunia.
Berdevosi kepada kerahiman ilahi, pun harus dilakukan oleh seluruh umat Katolik. Mengapa? Karena devosi ini pertama-tama, ialah mendoakan keselamatan bagi jiwa-jiwa yang jatuh dalam dosa dan semua orang di dunia.
Bagi seluruh umat Katolik, berdoa menjadi kekuatan bagi perjalanan hidup dari waktu ke waktu. Hidup tanpa doa berarti hidup yang tak terarah dengan baik. Melalui peristiwa kerahiman yang dirayakan ini, kita menjadi lebih sadar akan rahmat cinta kasih Allah kepada umat-Nya takkan pernah berakhir. Karena kerahiman Allah yang tanpa batas, Ia mengutus Putra-Nya ke dunia agar umat-Nya selamat.
Pesta kerahiman ilahi ini bertepatan dengan peristiwa penampakan Yesus kepada murid-murid-Nya. Peristiwa penampakan ini, Yesus mengatakan kepada Tomas bahwa “Karena telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya, (Yoh 20:9). Air dan darah yang keluar dari lambung Yesus diimani sebagai sumber kehidupan bagi seluruh semua yang percaya kepada-Nya.
Di akhir perayaan Ekaristi, pastor mengatakan bahwa pengikut Kristus tanpa belas kasih, maka akan seperti apa. Kita mohon untuk belas kasih Allah terus bernyala-nyala. Oleh karena itu, pastor meminta kepada seluruh umat yang hadir untuk terus-menerus memohon belas kasih Allah bagi diri kita. Dengan optimis menghormati kerahiman Allah.
Mengakhiri pesannya, ia mengatakan bahwa setelah misa, bapa-ibu boleh mengambil gambar kerahiman ilahi yang berada di depan altar (khususnya yang tidak memiliki bingkai) dan dibuatkan bingkai lalu dipasang di ruang tamu atau tempat-tempat yang disediakan.
Semoga belas kasih Allah selalu menyertai hidup kita dan diwujudkan kepada semua orang. Amin.