DI mana-mana nyala kecil dari sebuah lilin selalu mengundang makna dalam dan khusus. Apalagi kalau nyala api kecil itu terjadi di dalam suasana serba gelap.
Maka pendaran sinar mungil itu lalu dirasakan sangat berarti. Juga mampu membersitkan sejuta makna. Tidak hanya bagi mereka yang kebetulan tengah berada di ruang gelap itu.
Tapi juga mereka yang menyaksikan terjadinya sebuah “perubahan” mendadak. Dari situasi pemandangan gelap tiba-tiba mampu “disulap” dalam sekejap menjadi terang. Ya, hanya karena dan oleh pendaran nyala lilin-lilin kecil itu.
The Magic of Christmas
Nyala lilin-lilin kecil itu terjadi di ujung akhir The Magic of Christmas: An Enchanted Concert for Friends and Family – gelaran pertunjukan musik orkestra besutan Profesional Usahawan Katolik Keuskupan Agung Jakarta (PUKAT KAJ) di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, Sabtu malam 10 Desember 2022.
Tak ayal, maka nyala-nyala lilin elektrik itu menjadi sebuah sensasi tersendiri. Manakala di tengah gelapnya suasana auditorium konser, tiba-tiba saja pendaran sinar lilin elektrik itu mampu digoyang-goyang mengikuti gelaran irama musik dan lantunan nyanyian.
Seperti diintrodusir oleh Ivy Batuta dan Reymund Levy -kedua pembaca acara- lilin-lilin elektrik itu memang didesaian PUKAT KAJ sebagai simbol harapan. Sengaja dikasting agar “menyala” bersama di tengah kegelapan di akhir acara, karena nyala lilin itu mampu meretas atmosfir aura baik.
Tak hanya bagi segenap pemirsa yang hadir di gelaran musik ini. Tapi juga mereka yang nantinya baru akan bisa menyaksikan gelaran pentas musik The Magic of Christmas ini di layar monitor televisi atau YouTube.
Berkah berlimpah untuk Keuskupan Agats
Lantas, pihak mana yang kemudian bisa menyerap energi harapan dari konser musik ke-28 besutan PUKAT KAJ ini?
Seperti diumumkan di awal pergelaran oleh Zeno Christozen, pemimpin projek gelaran konser Natal 2022 besutan PUKAT KAJ, segenap harapan baik itu nantinya akan “mendarat” mulus di Keuskupan Agats, Papua. Inilah kawasan yang berlokasi sungguh sangat terpencil di wilayah Papua Selatan yang sering disebut “Tanah Berlumpur di atas Papan”.
Disebut demikian, karena semua bangunan di Kabupaten Asmat ini praktis berdiri di atas tekstur lumpur.
Yang biasa kita sebut tanah di Jawa itu, maka kalau di wilayah Kabupaten Asmat -di mana Keuskupan Agats menjadi bagiannya- tanah lokal di sana adalah serba lumpur.
Tanah di hampir seluruh wilayah Kabupaten Asmat itu berupa lumpur pekat; hampir setiap hari terendam oleh air laut pasang. Sehingga praktis tidak ada tumbuhan bisa hidup subur, kecuali misalnya pohon kelapa, bakau, dan aneka tumbuhan khas pantai.
Rumah-rumah di sana mendapatkan titik pijakannya agar mampu berdiri di atas tanah lumpur dilaukan dengan cara memanfaatkan batang-batang kayu ukuran besar. Juga menjadikan bilah-bilah papa kayu sebagai lantai rumah dan jalan.
Sekarang ini, sejumlah jalan memang sudah bisa bermetamorfose menjadi beton. Namun mayoritas rumah dan bangunan -utamanya di luar ibukota Asmat- sampai sekarang masih tetap bertumpu pada kayu-kayu dan mengandalkan bilah-bilah papan kayu sebagai lantai dasarnya.
Keuskupan Agats di Distrik (Kabupaten) Asmat di Papua Selatan itulah yang nantinya akan mendapatkan manfaat dari atmosfir harapan yang hari Sabtu malam pekan lalu telah ditebarkan oleh PUKAT KAJ. Terjadi seperti itu berkat gelaran konser The Magic of Christmas: Enchanted Concert for Friends and Families edisi ke-28 besutan profesional dan usahawan Katolik di wilayah pastoral Keuskupan Agung Jakarta.
Tentang ini, Uskup Keuskupan Agats Mgr. Aloysius Murwito OFM langsung mengamininya.
Organ-organ PUKAT KAJ
Tahun 2022 ini dan melalui The Magic of Christmas -tapi sebenarnya juga sudah di tahun-tahun jauh sebelumnya- PUKAT KAJ selalu menjadi inisiator pemantik energi harapan baik itu melalui prakarsa menggelar pementasan konser musik.
Juga jauh ke belakang sana dan lebih dari satu dekade silam, PPKA (Panitia Peduli Keuskupan Agats) juga merilis kiprahnya sendiri. Sebagai prakarsa gerakan kemanusiaan, PPKA ingin menemukan cara baru membantu Keuskupan Agats. Mereka melakukan ini melalui gerakan konservasi kultural, menghimpun dana bantuan untuk karya reksa pastoral.
Seperti pernah disampaikan Ketua PPKA Hariadi Widiarta beberapa tahun silam kepada Sesawi.Net waktu itu, semua hal baik ini memang perlu dilakukan. Agar Keuskupan Agats terus mampu mewujudkan karyanya di bidang pewartaan iman dan pengembangan masyarakat.
Yang pasti, PUKAT KAJ tidak hanya punya PPKA saja. Melainkan juga YASS (Yayasan Sahabat Seminari) dan KPS (Komunitas Peduli Seminari).
Kedua organ yang terakhir ini selalu berkiprah membantu mencarikan dana bagi kelancaran formatio untuk pendidikan dan pembinaan para calon imam.
Selain Keuskupan Agats di Papua, maka masih ada sejumlah seminari menengah di beberapa keuskupan di Indonesia yang pernah menerima kuncuran dana amal kasih ini,
“PPKA, YASS, dan KPS -semua ini organ-organ dalam PUKAT KAJ- sampai sekarang masing terus menerus membantu Keuskupan Agats. Tahun-tahun terakhir ini, mereka melibatkan diri dalam mempersiapkan tenaga-tenaga guru andal untuk pelayanan pendidikan Keuskupan Agats,” ungkap Mgr. Aloysius Murwito OFM menjawab Sesawi.Net di akhir konser.
“Itu dikerjakan PUKAT KAJ melalui pemberian paket beasiswa bagi orang-orang muda di Keuskupan Agats agar mereka bisa menyelesaikan studi sampai tingkat sarjana. Diselenggarakan dalam format kerjasama dengan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di mana mereka bisa belajar di pelbagai jurusan maupun PGSD,” papar Mgr. Murwito OFM.
“Selain itu, PUKAT KAJ juga tanpa henti selalu membantu kebutuhan dana operasional untuk kursus pertukangan; ikut memikirkan pelbagai usaha riil guna bisa melestarikan budaya seni ukir kayu khas masyarakat lokal Asmat di wilayah kami,” jelas Uskup Keuskupan Agats.
“Sudah pastilah, kami -Keuskupan Agats- sungguh sangat merasakan betapa berartinya kontribusi besar Keuskupan Agung Jakarta melalui PUKAT KAJ dan semua organ di dalamnya itu dalam upayanya selalu membantu Keuskupan Agats agar tetap bisa mengampu pelayanan pastoral kami,” papar Mgr. Murwito OFM, mantan Minister Provinsial Ordo Fransiskan (OFM) yang sejak 7 Juni 2002 mulai mengampu tugas dan tanggungjawab baru sebagai Uskup Keuskupan Agats.
The magic of electric candle
Lilin-lilin elektrik itu sungguh kecil bentuknya. Bisa ditaruh di dalam saku baju atau celana. Namun di tengah kegelapan dan begitu tombol pemantik elektrik itu dihidupkan, maka pendaran sinarnya langsung bisa menerangi segala sudut gedung konser Ciputra Artpreneur Theatre.
Dan nun sangat jauh di sana di wilayah “Tanah Berlumpur di atas Papan”, sinar-sinar peretas harapan itu diharapkan masih akan terus mampu menerangi “jalan-jalan gelap” yang hingga kini masih harus ditapaki oleh Keuskupan Agats sebagai tantangan yang mesti dicarikan solusinya.
Namun, berkat sinar-sinar elektrik persembahan The Magic of Christmas: An Enchanted Concert for Family and Friends besutan PUKAT KAJ itu, maka “jalan-jalan gelap” itu di Keuskupan Agats itu kini bisa dibuat lebih terang. Karena pengaruh besar dari banyaknya pendaran sinar-sinar lilin pemantik harapan itu saat ini sudah membuahkan hasil.
Antara lain karena kini sudah tersedia sejumlah guru andal bergelar sarjana -alumni Universitas Sanata Dharma- di beberapa disiplin keilmuan.
Yang lebih menarik lagi, dengan penuh kesadaran, alumni perguruan tinggi di Yogyakarta ini kemudian mau “pulang kampung”; bersiteguh dalam komitmennya ingin membangun “tanahairnya”: Keuskupan Agats. Dikerjakan melalui karya pendidikan sehingga praktis para guru asli Asmat ini kemudian berkarya di antara sesama anggota masyarakat Asmat dan kelompok etnik migran lokal lainnya.
Bisa terjadi demikian berkat kontribusi “tangan-tangan baik” yakni para pemantik lilin-lilin elektrik yang mengisi kursi pementasan konser The Magic of Christmas. Tentu saja tidak hanya mereka yang menonton acar konser musik ini, melainkan juga “the invisible hands” yakni segenap penderma PUKAT KAJ untuk misi kebaikan di Keuskupan Agats.
Justru karena orang-orang baik ini tetap peduli dan selalu termotivasi ingin menjaga martabat saudara-saudara kita di Keuskupan Agats, maka tema kemanusiaan besar untuk menjaga harkat dan martabat saudara-saudari kita di Papua selalu menarik atensi banyak orang.
PUKAT KAJ melalui beberapa organ di dalamnya sudah merintis harapan baik tersebut. Dengan antara lain melakukannya melalui program peningkatan kapasitas para guru.
Maka, jadilah lilin-lilin elektrik di akhir konser The Magic of Christmas: An Enchanted Concert for Friends and Families di akhir tahun 2022 mampu menjalani fungsinya sebagai penerang jalan kebaikan. Sekaligus juga sebagai pemantik benih-benih harapan baik bagi segenap umat Keuskupan Agats.
Inilah yang ingin saya sebut sebagai the true magic of Christmas. Karena hasil perolehan bersih dari gelaran konser musik itu sepenuhnya akan diberikan kepada Keuskupan Agats. (Berlanjut).
Baca juga:
- The Magic of Christmas, PUKAT KAJ Ajak Addie MS bersama Twilite Orchestra Meletupkan Harapan untuk Keuskupan Agats (2)
- Archdiocese of Jakarta hosts a Christmas concert for the indigenous people of Papua