“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.” (Yoh. 15:16)
Tentang St. Aloysius Gonzaga
“Lakukan pada saya apa yang ayah kehendaki. Saya mengulang bahwa saya dipanggil Allah untuk menjadi Jesuit. Ayah tahu, bahwa melawan panggilan sama dengan melawan Allah sendiri.”
Luigi (Aloysius) sampai berani mengambil risiko terhadap ayahnya dengan mengatakan hal tersebut. Sesudah beberapa waktu, ayahnya memanggil Luigi.
Luigi masuk dan berlutut di samping tempat tidur ayahnya. Ia melihat bahwa ayahnya sudah tenang.
Ayahnya mengangkat tangan dan berbisik: ”Semoga Tuhan memberkati, kamu telah menyentuh hati saya. Saya tidak dapat melawan lagi. Saya percaya bahwa Tuhan memanggil engkau,” kata ayahnya sembari menangis.
Pada tanggal 25 November 1585, Luigi masuk Novisiat Jesuit; berumur 17 tahun 8 bulan. Selama di novisiat, Luigi sungguh taat. Dan ketaatan itulah salah satu hal terpenting dalam hidup seorang Jesuit.
Perayaan syukur
Pada hari berbahagia, hari penuh syukur ini, para bruder CSA Indonesia boleh merayakan, menyaksikan, serta mendoakan beberapa peristiwa penting di dalam Kongregasi. Ditandai dengan Perayaan Ekaristi bersama Romo Vikep DIY Bagian Timur Romo Andrianus Maradiyo Pr di kapel Novisiat Bruder-bruder CSA Kotabaru, Yogyakarta.
Peristiwa penting tersebut antar lain:
- Tiga saudara muda memulai Masa Postulat;
- Dua saudara muda memulai masa pembinaan di Novisiat yang ditandai dengan penerimaan busana biara;
- Tiga bruder novis yang mengikrarkan Kaul Perdana;
- Empat bruder memperbaharui kaul untuk tiga tahun ke depan.
Mereka yang akan diutus pada hari ini tentu sudah siap dan layak diutus di tengah dunia yang penuh pergulatan ini.
Sebagaimana Santo Aloysius “Luigi” Gonzaga bersikap taat kepada Tuhan, maka ketaatan yang sama juga harus ada dan dimiliki setiap bruder Kongregasi CSA.
Dukungan dan doa dari umat yang hadir menjadi kekuatan dan motivasi para bruder dalam menjalani panggilan suci ini.
Sosok para jubilaris
Ketiga Saudara CSA di Masa Postulat
- Saudara Andreas Teagon Demon dari Paroki Arnoldus Janssen-Waelengga, Manggarai Timur, Keuskupan Ruteng, Flores, NTT.
- Saudara Yakobus Wirung dari Paroki Salib Suci Mamba-Manggarai Timur, Keuskupan Ruteng.
- Saudara Aloysius Koy Teme dari Paroki St. Yohanes Pemandi, Bakitolas, Timor Tengah Utara (TTU), Keuskupan Atambua, NTT.
Kedua Saudara Muda di Masa Novisiat
- Saudara Andreas Sare dari Paroki St. Yoseph Boto, Lembata, Flores, Keuskupan Larantuka, Flores, NTT.
- Saudara Ignasius Yando dari Paroki St. Theresia Mbata, Manggarai Timur, Keuskupan Ruteng, Flores, NTT.
Ketiga Bruder Novis Profesi Sementara
- Br. Kornelius Irminus CSA dari Paroki Santa Maria Pajar Timur, Lampung Tengah, Keuskupan Tanjungkarang.
- Br. Melkior Adung CSA dari Paroki Santo Eduardus, Watunggong, Keuskupan Ruteng.
- Br. Feliks Pineul CSA dari Paroki Santa Filomena, Mena Kefamenanu, Keuskupan Atambua, Timor, NTT.
Keempat Bruder Yunior Perbaharui Kaul
- Br. Remigius Matong CSA di Komunitas Atma Jaya, Studi Psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
- Br. Irenius Orong CSA di Komunitas Madiun, Studi Sejarah di Universitas PGRI Madiun, Jawa Timur.
- Br. Yustinus Beno Ta’kake CSA di Komunitas Tusam Semarang, studi seni kuliner di Akademi Kesejahteraan Sosial Ibu Kartini Semarang, Jawa Tengah.
- Br. Arnold Unyak CSA di Komunitas Kenjeran, Surabaya, pendamping panti asuhan.
Inti dan pesan homili
Suasana kapel Novisiat CSA begitu hening dan penuh hikmat mendengarkan homili yang disampaikan Romo Maradiyo.
Beberapa poin penting yang kiranya menjadi perhatian sekaligus permenungan bagi para anggota CSA serta umat yang hadir:
Anda, para Postulan, telah menerima Kitab Suci. Harapannya agar Kitab suci yang diterima dibaca, direnungkan serta diinternalisai setiap hari. Bukan disimpan dalam rak buku dengan rapi dan bersih.
Anda, para Novis, kini masuk masa novisiat dan itu ditandai dengan menerima jubah. Jangan sampai jubah yang diterima ternoda.
Kalau ternoda, karena getah pisang tidak masalah. Anda terima jubah dan konstitusi tentu memiliki risiko dan konsekuensi logis, maka dipertanggungjawabkan dengan baik.
Anda, yang akan memperbaharui kaul, tentu menerima lilin. Kapan lilin akan mati? Semua tidak ada yang tahu.
Apakah seperti lima gadis yang bodoh atau lima gadis bijaksana. Harapannya anda seperti lima gadis yang bijaksana. Bukan soal kapan tetapi bagaimana mengisi buli-buli itu sehingga lilin itu terus bernyala.
Khusus para bruder yang memperbaharui kaul. Letakan semua tugas pengutusan anda dalam kerangka besar panggilan sebagai bruder CSA.
Jangan sampai seakan-akan menjadi kesempatan mencari gelar tertentu. Sehingga begitu ada yang tertarik di luar, maka lalu dengan mudah mengundurkan diri sebagai bruder demi karier.
Jika ada gejala seperti itu lebih baik mundur dari sekarang. Butuh pemurnian secara terus-menerus.
Jangan jadi batu loncatan
Fenomena sekaligus keprihatinan dalam kehidupan membiara (imam, rohaniwan-rohaniwati) saat ini di dalam Kongregasi-kongregasi tertentu seakan-akan menjadi seorang religius itu hanya sebagai batu loncatan. Agar supaya bisa bersekolah lebih tinggi dan setelah mendapatkan gelar-gelar tertentu.
Usai itu, lalu pamit dengan Pemimpin Kongregasi. Dengan dalil bahwa tidak bahagia lagi dengan panggilan ini. Kemudian mengundurkan diri.
Semoga hal tersebut tidak terjadi pada Kongregasi bruder-bruder CSA
Untuk berbuah
Anda semua dipanggil menjadi Bruder CSA bukan untuk berhasil. Anda dipanggil untuk menjadi orang-orang yang berbuah. Bukan dipanggil untuk sukses.
Yesus tidak mengatakan, “Aku mengutus kamu untuk kesuksesan, tetapi menghasilkan buah.”
Sukses kadang membuat orang menjadi sombong, karena mengandalkan kekuatan diri sendiri.
Menjadi seorang imam, rohaniwan-rohaniwati bukanlah kesuksesan yang dicari. Tetapi diharapkan menghasilkan buah.
Sukses itu hanya mengandalkan diri sendiri. Jika berhasil, menjadi kita sombong. Kalau tidak berhasil, kita menjadi putus asa.
Yesus mengajak kita untuk menghasilkan buah.
Buah adalah suatu prestasi atas usaha yang diperoleh atas campur tangan Tuhan sendiri. Tanpa campur tangan Tuhan, kita tidak bisa berbuat apa-apa.
Sambutan Pemimpin Umum
Dalam sambutan singkatnya, Br. Martinus Suparmin CSA selaku Pemimpin Umum Kongregasi Bruder-bruder CSA memberi pesan sekaligus mempertegas apa yang telah disampaikan romo melalui kotbah.
“Menjadi bruder, suster, romo, frater bukan untuk mencari kesuksesan. Tetapi untuk setia dan berbuah. Persis di situlah sebenarnya panggilan hakiki kita. Kalau tidak berbuah, ya lalu untuk apa?”
“Komitmen para bruder hari ini -baik Postulan, Novis, Profesi Sementara dan Pembaharuan Kaul- akan dipertanggungjawabkan. Harus dihidupi setiap hari yang bersumber pada keutamaan hidup religius. Yakni, hidup rohani, hidup bersama, dan hidup pengutusan.
Sekali lagi, menjadi bruder bukan untuk sukses. Tetapi untuk setia dan mengasilkan buah,” tegas Bruder Pemimpin Umum Kongregasi CSA.
Lebih lanjut Pemimpin Umum mengatakan hal berikut ini.
“Mari kita belajar dari pelindung kita, Santo Aloysius Gonzaga, yang tulus hati dan total mengabdi Tuhan melalui sesama sampai akhir hidupnya.
Saya berharap kita semakin serius sekaligus menikmati rahmat panggilan suci ini. Selamat dan proficiat untuk kita semua. Tuhan memberkati.”
Yogyakarta 21 Juni 2021