Puncta 04.11.24
PW. St. Carolus Borromeus
Lukas 14: 12-14
SUATU kali seorang ibu minta ide saya untuk mengadakan pesta ultah anaknya yang ke tujuh belas tahun. Dia ingin membuat pesta besar-besaran.
Dia merencanakan mengundang teman anak-anaknya di sebuah mal besar dan menghadirkan artis terkenal sambil membagi-bagikan hadiah.
Saya memberi ide yang sangat berbeda. Bagaimana kalau pestanya tidak di mall mewah tetapi di sebuah panti asuhan yang sederhana. Saya bilang, “Sensasi emosinya pasti sangat berbeda.”
Dengan berdialog dan komunikasi dari hati ke hati, ternyata anaknya setuju. Dia tidak mengundang teman-temannya, tetapi hadir langsung mengajak anak-anak panti asuhan.
Tidak dengan hingar bingar pesta di mal mewah, tetapi pergi jauh ke panti asuhan yang miskin dan sederhana.
Setelah perayaan di panti asuhan, anaknya menghampiri ibunya, memeluknya dan berkata sambil berlinang airmata, “Mama, terimakasih ya. Mama telah mengajari aku cinta tanpa pamrih, dan bersyukur atas cinta mama papa kepadaku. Kebahagiaan hari ini tak bisa dinilai dengan apa pun.”
Yesus mencoba mengubah kebiasaan orang dalam undang mengundang pesta. Pesta sering menjadi pameran kekayaan.
Orang sering harus balas membalas mengundang pesta. Malu kalau tidak bisa membalas dengan sumbangan yang besar. Pesta bukan menjadi hal yang membahagiakan tetapi malah membebani.
Yesus mengajarkan nilai baru, “Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.”
Berbagi kebahagiaan dengan orang miskin, cacat, menderita diperhitungkan Tuhan di akherat sana. Dengan berbuat demikian, kita menabung kebaikan dan keutamaan.
Mari kita berani mengubah kebiasaan yang tidak menguntungkan untuk memperoleh hidup kekal.
Membeli tape ketan di kota Muntilan,
Untuk oleh-oleh teman yang di Magelang.
Berbuat baik tanpa mengharap balasan,
Kebahagiaan tak ternilai harta tidak hilang.
Wonogiri, cinta tanpa pamrih
Rm. A. Joko Purwanto, Pr