Pijar Vatikan II di Tahun Iman: Paus Gagalkan Perang Dunia III (7)

0
2,255 views

HARIAN Kompas edisi Minggu 28 Oktober 2012 menurunkan berita dengan judul “Krisis Rudal Kuba: Ketika dunia di ambang Perang Nuklir”. Berita yang dimuat Kompas di halaman 10 ini menceritakan Krisis Kuba yang terjadi 50 tahun yang lalu. Presiden John F. Kennedy mendapat laporan dari McGeorge Bundy, Asisten Kemanan Nasionalnya, kalau Uni Soviet tengah membangun pangkalan peluru kendali di Kuba.

Krisis Teluk Babi

Tanggal 16 Oktober 1962 pagi, Presiden Kennedy   berhasil mendapatkan foto-foto pangkalan itu dari pesawat pengintai U-2. Uni Soviet ternyata diam-diam membangun pangkalan peluru kendali balistik yang memiliki hulu ledak nuklir. Sebagian besar wilayah Amerika bisa dijangkau dalam jarak tembak peluru kendali nuklir itu.

Beberapa waktu sebelumnya, Soviet memang menempatkan persenjataannya ke Kuba. PM Nikita Kruschev bilang, itu cuma senjata defensif biasa, bukan senjata offensif. Ternyata Kruschev bohong. Pada 22 Oktober 1962, dalam pidato televisi yang disaksikan oleh seluruh rakyat Amerika, Presiden Kennedy memerintahkan blokade seluruh wilayah Teluk Kuba. Amerika mengancam akan menghancurkan kapal dan pesawat Soviet di wilayah blokade, kalau Soviet tidak membongkar pangkalan peluru kendalinya. Celakanya, Soviet sudah terlanjur mengirimkan kapal-kapal perangnya dan pasukan tempurnya.

Dunia tegang. Perang nuklir nampaknya tidak terhindarkan lagi. Dunia di ambang Perang Dunia III.

Kompas tentu saja tidak menceritakan, bahwa ketegangan perang nuklir itu terjadi ketika Konsili Vatikan II baru berlangsung beberapa hari. Kompas juga tidak menceritakan bahwa Paus Yohanes XXIII berperanan sangat penting menghindarkan dunia dari ancaman kehancuran Perang Dunia III.

Para Bapak Konsili tentu saja mengikuti perkembangan Krisis Amerika-Soviet ini dengan sangat tegang. Sebagian cukup besar uskup bahkan pesimis, apakah Konsili Vatikan II bisa dilanjutkan. Jangan-jangan nasibnya akan sama dengan Konsili Vatikan I, yang tidak pernah ditutup secara resmi dan bubar begitu saja gara-gara perang Perancis-Prusia. Kardinal Wyszynski dari Polandia bahkan sudah mengepak kopernya mau siap-siap pulang. Kalau Amerika jadi perang dengan Soviet, kardinal legendaris dari Polandia ini lebih suka mati mendampingi umatnya daripada cuma duduk manis di Vatikan.

Paus kirim pesan kepada Presiden Kennedy dan PM Kruschev

Ketika dunia menunggu berdebar-debar apa yang akan terjadi, hanya beberapa saat setelah Kennedy menyampaikan pidatonya di TV, Paus Yohanes XXIII menulis surat kepada Presiden Amerika Kennedy dan PM Soviet Nikita Kruschev.

Asisten pribadi Paus Yohanes XXIII, Mgr. Loris Capovilla bercerita kalau  “Papa Buono”, Paus yang baik hati ini, berdoa khusuk di kapel pribadinya sebelum dan sesudah menuliskan surat yang penting itu. Kepada kedua pemimpin negara adi daya, Paus menyampaikan surat pribadinya melalui kedutaan kedua negara di Roma.

Pada hari yang sama, Paus Yohanes XXIII menyampaikan seruan damainya melalui Radio Vatikan. Dengan suara yang terbata-bata dan penuh emosi, Paus Yohanes XXIII mengatakan:

“Pace! Pace! Pace ! Noi rinnoviamo oggi questa solenne implorazione. Noi supplichiamo tutti i governanti a non restare sordi a questo grido dell’umanità. Che facciano tutto quello che è in loro potere per salvare la pace. Eviteranno così al mondo gli orrori di una guerra, di cui non si può prevedere quali saranno le terribili conseguenze”.

(Damai, damai, damailah! Pada saat kami sedang mencari kebaikan bersama pada pertemuan besar ini, kami hendak memperbaharui lagi seruan kami. Kami memohon dengan sungguh-sungguh, agar Anda para penguasa (Amerika dan Soviet) tidak tuli pada seruan kemanusiaan ini. Buatlah apa saja yang mungkin, terutama dengan kekuasaan dan kekuatan anda masing-masing, untuk menyelamatkan perdamaian dunia. Dengan begitu dunia dihindarkan dari perang yang sangat menakutkan ini, yang kita tidak pernah akan tahu konsekwensi seram apa yang akan kita hadapi!).

Koran Soviet Pravda menerjemahkan dan memuat surat Paus Yohanes XIII. Koran ini juga memberitakan PM Nikita Kruschev mendengarkan langsung seruan Paus lewat Radio Vatikan itu.

Sementara Presiden Amerika JFK, menyambut baik seruan Bapa Suci. Ia mengirim Norman Cousins untuk berbicara kepada Tahta Suci. Beberapa pengamat mengatakan, JFK, Presiden Katolik Amerika yang masih muda ini, tentu tidak bisa menolak seruan Paus itu.

Pada 28 Oktober 1962, Kruschev menarik semua peluru kendali nuklirnya dari Kuba. Begitulah, Perang Nuklir-pun terhindarkan. Dunia tidak jadi mengalami kehancuran akibat Perang Dunia III.

Konsili Vatikan II dilanjutkan kembali.

Memaknai sekarang

Dari  pengalaman menegangkan di zaman Perang Dingin Amerika-Soviet ini, Paus semakin terdorong untuk berjiarah batin memahami kenyataan perang dan tragedi yang ditimbulkannya dalam mengerti karya keselamatan Allah di zaman modern ini. Pada bulan April 1963, Paus Yohanes XIII yang akrab dipanggil Angelo Roncalli ini menerbitkan ensiklik bersejarah Pacem in Terris (Damai di bumi).

Paus sendiri menuliskan dan meredaksi hampir seluruh isi ensiklik ini. Sebagaimana dunia mengenang jasa Paus yang besar ini, Pacem in Terris juga akan terus dikenang sebagai warisan Paus yang sangat berharga, bermutu tinggi, tak tergantikan, unik, inspiratif dan menjawab kerinduan umat manusia “yang berkehendak baik”  kepada damai yang sejati.

Menanggapi jasa besar Paus Roncalli kepada Gereja dan dunia, khususnya dalam mencegah meledaknya perang besar Amerika-Soviet itu,   Herbert Vorgrimler, seorang teolog Jerman Katolik mengatakan: “The Protestant Christian think that they now have the best Pope they have had in centuries!”

Sementara teolog Protestant Paul Tillich mengatakan: “If we should pray for anyone in the world today, we should pray for Pope John. He is a good man!”

Pada tahun 1962 itu juga, Majalah Time menobatkan Paus Yohanes XIII sebagai: “Man of the Year”.

Time magazine named him “Man of the Year” for his extraordinary leadership in those times of grave threats to peace and extraordinary change in the Church”.

Pengakuan majalah yang sangat berwibawa ini, sudah menjelaskan sendiri kehebatan dan kebesaran Paus Roncalli.

Demikian tulis majalah Time:

“John XXIII is the most popular Pope of modern times,  – and perhaps ever. Heading an institution so highly organized that it has been called “The U.S Steel of churches”, he demonstrated such warmth, simplicity and charm that he has won the hearts of Catholic, Protestant, and non Christian alike. John is not only a person of luminous human qualities but an intuitive judge of mankind’s hope and needs. At first regarded as a transitional Pope who would only warm the chair of Peter, he took over the Catholic Church in 1958 at an age (nearly 77) when he was able to leap over the administrative details and parochial interest of the papacy and confront the world as “the universal shepherd.” Unlike his predecessor, the scholarly and aloof Pius XII, John lets his interest range far beyond the Catholic fold to embrace the fundamental plight of man in the modern world.

Di Tahun Iman ini, ketika kita juga sedang merayakan “Hari Raya Semua Orang Kudus”, kita bersyukur mendapat anugerah Tuhan, seorang Paus Yohanes XIII yang kendatipun sangat hebat, namun tetap sosok yang sederhana, kebapakan, baik hati.

Ide mengundang Konsili Vatikan II dan peran yang luar biasa yang membuat pemimpin Amerika dan Soviet mendengarkan seruan damainya, adalah yang bukti kehebatan karya Roh Kudus melalui “Papa Buono” ini.

Beato Paus Yohanes XXIII, doakanlah kami !

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here