DI tengah kerumuman para wartawan, dengan kesedihan yang amat mendalam, Romo Paroki Santa Rosa de Lima ini mengatakan: “It was brutal ! I can’t think of a better word. It was just brutal to witness the pain today. I don’t have any answers. This was not part of God’s plan!”.
Tentang Adam Lanza dan ulahnya yang mengerikan itu, Mgr. Bob Weiss mengatakan, itu semua menandakan bahwa umat parokinya itu adalah: “A man who had serious issues in his life. Why he’d want to destroy innocent children, no one can figure out !”.
Gubernur Negara Bagian Connecticut, tidak lama kemudian juga datang ke Newton dan mengunjungi tempat kejadian. Setelah bertemu dengan keluarga para korban, Gubernur Dan Malloy juga bertemu dengan Mgr. Bob.
Kata Malloy : “Evil visited this community today!”
Hari ini, Iblis mengunjungi komunitas kita!
Monsignor Bob
Sejak penembakan itu terjadi, Monsignor Bob menjadi orang yang paling sibuk di Paroki Santa Rosa de Lima. Paroki ini kehilangan putera-puterinya: 8 anak dan 2 orang dewasa. Adam Lanza dan ibunya Nancy, adalah korban dewasa itu. Mereka masih terdaftar sebagai umat Paroki Santa Rosa de Lima. Jenasah anak-anak dan warga paroki itu, kini tersebar di beberapa Rumah Duka di sekitar Newton. Beberapa jenasah masih diotopsi dan sedang diperiksa team yang diketuai Dokter Wayne.
Pada hari pemakaman minggu ini, mata seluruh dunia akan semakin tertuju ke Paroki ini. Kota kecil dengan penduduk sekitar 27 ribu orang ini, menjadikan Gereja Santa Rosa de Lima sebagai pusat doa, pusat ziarah dan pusat perkabungan. Wartawan cetak dan elektronik seluruh Amerika berbondong-bondong datang ke kota Newton. Media TV memasang studio mini, baik di halaman SD Sandy Hook, maupun di halaman gereja Santa Rosa de Lima.
Sejak hari Jumat “berdarah” itu, setiap hari ratusan orang datang ke gereja Katolik ini. Tiba-tiba saja, halaman gereja penuh karangan bunga, boneka kecil “Teddy Bear”, puisi, poster selamat jalan, lilin, foto-foto anak-anak dan kenangan mengharukan lainnya.
Seorang yang tidak mau disebut namanya, mengirimkan 26 pohon Natal kecil mewakili 26 korban tragedi Newton. Website paroki yang sedang berduka ini, bisa kita kunjungi di www.strosechurch.com.
Kendati masih dalam suasana duka yang mendalam, Romo Paroki tetap mengumumkan bahwa pentas “The Live Nativity – Presepio Vivente” (Goa Natal Hidup : peragaan Natal dengan Maria-Yosef-Kanak kanak Yesus, gembala, malaikat dari manusia beneran dan binatang-binatang beneran, bukan cuma patung) tetap dilaksanakan sesudah Misa Sabtu Sore. Biarlah anak-anak lucu dari Newton yang tewas ini, menjadi malaikat-malaikat kecil yang “terbang” ke surga, bahagia ikut merayakan Yesus kecil di hari Natal.
Jadwal ekaristi
Di Paroki Santa Rosa de Lima, misa kudus hari Sabtu dirayakan 2 kali: Pukul 16.00 dan 17.30.
Minggunya ada 4 kali misa: pukul 7.30, 9, 10.30 dan 12.00. Pada misa Sabtu-Minggu kemarin, gereja tidak mampu menampung umat yang membludak ikut kebaktian.
Gereja Santa Rosa hanya menyediakan 650 tempat duduk. Ratusan orang terpaksa berdiri di luar gereja. Ada 3 orang pastur yang melayani umat Paroki Santa Rosa de Lima. Selain Mgr “Bob” Robert Weiss sebagai pastor kepala, ada juga Pastuor Ignacio Ortiga dan Pastur Luke Suarez, sebagai Pastur Rekan. Dalam semua misa Sabtu-Minggu Adven ke-3 kemarin, dibacakan surat belasungkawa dari Paus Benedictus XVI dan dari Uskup Agung William Lori.
Tahun ini, Uskup Lori diangkat jadi Uskup Agung Baltimore. Selama “sede vacante” (tahta kosong), Keuskupan Bridgeport diserahkan kepada Vikjen Pastor Jerald Doyle, sebagai Administrator Keuskupan.
Misa Sabtu sore yang kedua, dilayani oleh Pastor Peter Cameron, pastor tamu dari Keuskupan Agung Hartford, Keuskupan tetangga Bridgeport. Dari mimbar kotbah, Pastor Cameron berseru dengan suara lantang: “How do we rejoice in the face of so much sorrow?”.
Masa Advent, dalam kotbah para Pastor tentu saja adalah masa “suka-cita” menantikan Juru Selamat yang sebentar lagi tiba. Bagi umat paroki Newton, sukacita apa yang bisa dirasakan di tengah kesedihan begini mendalam?
Terhadap pertanyaan Pastor Cameron, umat hanya bisa tertunduk. Hening. Diam. Tak tahu mesti menjawab apa. Beberapa wanita mengambil tisu menyeka matanya. Hari-hari itu di dalam gereja Rosa de Lima disediakan kotak-kotak tissue. Bahkan di depan altar, ada untaian bunga berbentuk hati besar berwarna putih, yang tersobek dalam bentuk huruf “Z”, berwarna merah darah.
Hati yang tersobek-sobek mewakili betul perasaan semua orang America hari-hari ini.
Presiden Barack Obama, pada konferensi pers resmi menanggapi Tragedi Jum’at berdarah itu, mengawali pidatonya dengan kalimat “Hati kami yang tercabik-cabik”.
Dengan terbata-bata dan sesekali menyeka air mata, Presiden Amerika ini mengatakan : “Our hearts are broken today. I know there’s not a parent in America who doesn’t feel the same overwhelming grief that I do. The majority of those who died today were children, beautiful little kids between the ages of 5 and 10 years old. They had their entire lives ahead of them – birthdays, graduations, weddings, kids of their own..!” (Bersambung)
Photo credit: Ist
Artikel terkait: