Pijar Vatikan II: Kardinal, Corong bagi yang Miskin, Tertindas, dan Terpinggirkan (32D)

0
393 views
Ilustrasi: Konsistori Kardinal Oktober 2019 by NCA

KEDEKATAN kepada yang tertindas dan terpinggirkan itu diungkapkan Paus Fransiskus dengan mengangkat Mgr. Alvaro Ramazzini Imeri dari Huehuetenango, Guatemala, Amerika Latin, menjadi Kardinal pada konsistori ini.

Mgr. Ramazzini terkenal keberpihakannya pada penduduk setempat yang hak-haknya sering terampas oleh perusahaan-perusahaan besar.

Kardinal Alvaro Ramazzini Imeri (Coutesy of Reuters)

Kardinal baru dari Guatemala berusia 72 tahun ini tersohor, karena kegigihannya membela hak-hak rakyat kecil; terutama dalam melawan pengusaha-pengusaha tambang yang dengan semena-mena telah merampas tanah penduduk.

Berapa kali beliau menerima teror dan ancaman mati.

Di antara Kardinal di atas 80 tahun yang terpilih bersama Kardinal Suharyo, ada nama imam Jesuit yang legendaris dari Eropa Timur,yakni Mgr. Sigitas Tamkevicius, Uskup Agung Lithuania.

Kardinal Sigitas Tamkevicius dari Lithuania yang pernah ditawan KGB. (Ist)

Setahun yang lalu, Uskup Agung Lithuania ini menemani Paus Fransiskus mengunjungi bekas markas KGB di Ibukota Vilnius dan berdoa di sana.

Mgr. Tamkevicius pernah dipenjara oleh rezim Komunis dari tahun 1983 sampai 1988. Ia dituduh ikut melakukan propaganda melawan Komunis Soviet.

Sebagai imam Jesuit, sejak tahun 1972 beliau diam-diam membuat “Chronicle” semacam buletin tentang Gereja Katolik di Lithuania dan perjuangan imannya.

Buletin yang diprakarsai Pater Sigitas Tamkevicius SJ ini juga mendokumentasikan penindasan rezim komunis di Lithuania. Berkali-kali Pater Tamkevicius ditangkap dan diinterogasi KGB, agen rahasia Uni Soviet waktu itu.

Setiap kali ia ditangkap dan ditahan, orang lain lalu meneruskan penulisan dan penerbitan buletinnya. Chronicle Gereja Katolik Lithuania itu tidak terasa sudah hadir dan berjuang selama 10 tahun lebih.

Kardinal Matteo Zuppi (Repubblica Bologna)

Untuk orang miskin

Mgr. Matteo Zuppi dari Bologna, Italia, juga ditunjuk Paus menjadi Kardinal pada konsistori hari Sabtu pekan lalu. Beliau itu juga terkenal sebagai imam untuk orang miskin. Ke mana-mana Don Zuppi suka naik sepeda. Terutama dalam mengunjungi umatnya yang miskin.

Sebagai anggota komunitas Sant’Egidio, Romo Zuppi tak kenal lelah menyambangi yang miskin dan menderita baik di Italia maupun di luar Italia.

Setiap Natal tiba, Sant’Egidio mengajak makan bersama para tuna wisma dan gelandangan di “markas” mereka di bilangan Sungai Tevere Roma.

Don Zuppi, sebelum jadi Uskup Bologna, termasuk penggagas acara semacam itu.

Pastor berusia 64 tahun ini baru saja mengunjungi Mozambique. Ia sangat terlibat dalam negosiasi perdamaian yang sudah cukup lama dilakukan di Mozambique bersama komunitasnya San’Egidio.

Kardinal termuda dari negara miskin

Keberpihakan Paus Fransiskus pada negara dan Gereja yang paling miskin juga nampak sekali pada penunjukan Mgr. Dieudonné Nzapalainga CSS, Uskup Agung Bangui, Republik Afrika Tengah.

Kendati ia ditunjuk pada kloter konsistori ketiga pada November 2016, lebih dahulu dari Mgr. Suharyo, namun hal ini menunjukkan sekali konsistensi Paus Fransiskus pada mereka yang miskin dan tertindas.

Sampai hari ini, banyak orang sama sekali tidak mengira dan hanya bisa menduga-duga alasan Paus Fransiskus memilih Mgr. Nzapalainga menjadi Kardinal termuda di dunia.

Uskup dari negara Afrika Tengah ini memecahkan rekor ditunjuk Kardinal pada usia 52 tahun.

Rekor sejarah Kardinal termuda selama ini dipegang Kardinal Arinze dari Nigeria yang ditunjuk menjadi Uskup pada usia 32 tahun. Almarhum Kardinal Arinze diangkat menjadi Kardinal pada usia 56 tahun.

Paus Fransiskus bertemu Mgr. Nzapalainga pada kunjungannya ke negara miskin itu pada tahun 2015.

Paus nekad mengunjungi negara Afrika Tengah, padahal inteligen Perancis dan Amerika sudah memberi peringatan agar Paus jangan berkunjung ke tempat itu.

Maklumlah, tempat pertemuan Paus Fransiskus dengan tokoh-tokoh Afrika Tengah itu diadakan di “wilayah tak bertuan” yang dikuasai minoritas kelompok teroris berbasis agama.

Intel Perancis dan Amerika tidak bisa menjamin keselamatan Paus. Sudah tiga tahun belakangan ini, negara itu dilanda konflik sektarian yang mengerikan antara kelompok Seleka dan milisi anti-Balaka yang kebanyakan terdiri dari kelompok beda agama.

Sudah lebih dari 6.000-an orang terbunuh pada konflik itu.

Kardinal Dieudonné Nzapalainga CSS dari Republik Afrika Tengah menjadi yang termuda.

Pada masa konflik terburuk, kaum milisi membunuh anak-anak, memperkosa para wanita, dan bahkan melemparkan anak-anak muda hidup-hidup ke tengah sungai yang penuh buaya.

Both sides have committed terrible crimes, have murdered, raped, destroyed churches and mosques, and entire villages,” keluh Mgr. Nzapalainga pada wawancara dengan relawan Aid to the Church in Need pada tahun 2015.

Dalam mencoba melindungi rakyat yang makin menderita dan mengatasi konflik sektarian yang berkepanjangan itu, Mgr. Nzapalainga merangkul Rev. Nicolas Guerekoyame-Gbangou, Presiden Aliansi Gereja Evangelis negara itu, dan Imam Oumar Kobine Layama, Presiden Persatuan Muslim Afrika Tengah.

Atas inisiatif Uskup Nzapalainga yang masih muda namun penuh kharisma ini, ketiga orang ini benar-benar menjadi “santo” dan penyelamat rakyat Afrika Tengah yang menderita.

Semenjak timbul konflik, para pemimpin tiga agama itu mengorganisir doa bersama secara bergiliran. Kadang di Katedral Katolik Bangui, di Mesjid Agung Bangui, atau di gereja-gereja Protestan yang ada.

Menjadi kardinal termuda saat ini — Kardinal Dieudonné Nzapalainga CSS (DW)

Mereka juga mempromosikan peace-school, “sekolah perdamaian” yang mengundang semua anak-anak dan remaja datang tanpa memandang agama dan perbedaan suku. Di sekolah perdamaian itu juga dibuka puskesmas-puskesmas.

Upaya perdamaian

Tahun 2014, ketiga pimpinan agama Afrika Tengah itu berkunjung ke beberapa negara Eropa dan Amerika, untuk meminta dukungan bagi upaya perdamaian yang mereka prakarsai di Sentral Afrika.

Mereka bertemu Sekjen PBB Ban Ki-moon di New York dan bertemu Paus Fransiskus di Vatikan. PBB menindaklanjuti pertemuan itu dengan mengirimkan pasukan perdamaian ke negara Sentral Afrika tsb.

Tahun 2014 itu juga, Majalah Time, mencantumkan tiga tokoh perdamaian Sentral Afrika itu Mgr. Nzapalainga (Katolik), Rev. Nicolas Guerekoyame-Gbangou (Kristen Evangelis), dan Imam Oumar Kobine Layama (Islam) sebagai bagian dari “100 Most Influential People in the World”.  

Pada tahun 2015, PBB menganugerahi mereka medali penghargaan “Sergio Vieira de Mello Prize for Peace”.

Kepada dunia internasional, ketiga tokoh perdamaian Negara Afrika Tengah ini selalu meyakinkan bahwa konflik yang terjadi bukan konflik karena ras, suku atau agama; tapi persoalan ekonomi dan kepentingan politik. Kendati miskin berat, Afrika Tengah sebenarnya masuk sebagai negara peringkat ke-12 pengekspor intan terbesar di dunia.

Banyak pengamat mengatakan, penguasaan tambang-tambang intan inilah yang menjadi sumber utama masalah negara itu.

Kantor berita AFP dari Perancis melaporkan bahwa ketika Mgr. Nzapalainga diumumkan menjadi Kardinal pada konsistori kloter ketiga 19 November 2016, sahabatnya Layama, pemimpin Muslim Afrika Tegah, termasuk yang paling bergembira dan sangat mendukung penunjukan itu.

The move honored the country as well as bolstered efforts by leaders of all religious denominations to set aside their differences in the interests of peace,” katanya.

Menurut berita AFP pula, ribuan orang Katolik dan Kristen turun ke jalan-jalan merayakan penunjukan Mgr. Nzapalainga, “santo” mereka sebagai Kardinal.

Semua orang bersuka cita.

Umat muslim yang minoritas sebenarnya juga ingin ikut turun ke jalan menyambut Kardinal baru. Namun mereka masih takut. Beberapa hari sebelumnya, 11 orang terbunuh dalam konflik, ketika seorang pemimpin agama dibunuh oleh orang tak dikenal.

Penunjukan Mgr. Nzapalainga hari itu langsung meredakan ketegangan yang terjadi. “I tell you that there is a God for the poor,” kata Mgr. Nzapalainga kepada jemaat yang mengerumuninya setelah menerima kabar penunjukan Kardinal itu.

Di negara Afrika Tengah di mana 80 % penduduknya Kristen dan 15 % Muslim, pengakuan Paus Fransiskus dengan menunjuk Kardinal pertama dari negara itu sungguh membawa dampak yang luar biasa.

Pintu Suci yang diketuk Paus Fransiskus menandai dibukanya Tahun Suci Kerahiman Allah sepekan sebelumnya itu menjadi bermakna untuk umat Tuhan di negara yang paling miskin di dunia ini. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here