DALAM Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kesehatan Global yang digelar secara virtual pada 21 Mei 2021 yang lalu, Presiden Jokowi mengajak para pemimpin negara dunia untuk melakukan langkah nyata baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
Pasalnya, pandemi Covid-19 hanya dapat ditangani secara global, apabila seluruh negara dapat pulih sepenuhnya dari penyebaran pandemi.
“Saya harus kembali mengingatkan kita semua bahwa kita hanya akan betul-betul pulih dan aman dari Covid-19 jika semua negara juga telah pulih. No one is safe until everyone is,” tegas Presiden Jokowi.
KTT Kesehatan Global merupakan salah satu pertemuan G-20. KTT ini dihadiri oleh kepala negara atau kepala pemerintahan G-20, negara undangan, serta pimpinan organisasi internasional.
Kerjasama multilateral
KTT Kesehatan Global yang dihadiri Presiden Jokowi ini menghasilkan kesepakatan “Deklarasi Roma”. Yang berisikan prinsip kerja sama multilateral dan tindakan bersama untuk mencegah krisis kesehatan global di masa depan.
Dengan komitmen untuk membangun dunia yang lebih sehat, aman, adil, dan berkelanjutan.
Jelas, pandemi Covid-19 hanya mungkin dikalahkan dengan solidaritas dunia.
Presiden dan pemerintah kita sangat serius dan bekerja keras menangani Covid-19.
Dengan segala keterbatasan dan kekurangannya, pada hemat saya Indonesia sudah cukup baik melawan pandemi dan dampak ekonominya.
Tarik “gas dan rem” yang dilakukan Pemerintah dan Satgas Penanggulangan Covid dilakukan dengan penuh perhitungan.
Itulah penerapan determinasi dan change aglity seperti yang dilakukan Roberto Mancini dalam menangani timnas sepakbola Itali.
Presiden Jokowi juga memiliki sahabat yang bisa dipercaya dan meyakinkan seperti Luhut Binsar Pandjaitan sebagaimana Mancini punya sahabat erat Vialli.
- Bahwa pandemi ini dimengerti sebagai cara Tuhan berbicara kepada kita agar kita melakukan “aggiornamento” juga sudah kita tangkap.
- Bahwa pandemi ini kita terima sebagai “cobaan” dari-Nya, juga kita pahami.
- Walau gereja dan tempat kita ibadat kosong, namun seruan kita kepada-Nya agar pandemi ini segera pergi tak pernah henti kita doakan.
- Walau hati ini sedih menyaksikan orang-orang terkasih pergi tak berdaya melawan pandemi, kita tetap mencoba untuk bangkit dan tidak larut dalam kepedihan berkepanjangan.
Pew Research Center, sebuah lembaga penelitian yang berwibawa di Amerika, beberapa waktu lalu mengadakan penelitian.
Dari penelitian itu dilaporkan bahwa pandemi Covid-19 telah membuat iman umat di Amerika dan di beberapa negara terbukti menjadi lebih kuat.
Pengaruh pandemi terhadap cara kita berdoa atau beragama mungkin lebih mudah diukur. Namun pengaruh pandemi pada iman kita rasanya tidak mudah diukur.
Solidaritas sosial
Yang paling mudah dirasakan adalah solidaritas kita pada saudara-saudara kita yang terpapar covid.
Tentang ini, kita semua sepakat bangsa Indonesia adalah bangsa yang mudah tersentuh hatinya, mudah berbelarasa, dan mudah membantu. Umat Katolik juga dikenal sebagai warga negara yang baik dan dermawan.
Sahabat saya Ekosusanto dan Rina isterinya dari Paroki Laurentius Alam Sutera kena covid.
Mereka harus isoman di Wisma Samadi. Herda anak satu-satunya yang tidak terpapar, sendirian di rumah. Untung ada Elita sepupunya yang kemudian menemani.
Umat Paroki Alam Sutera, tempat keluarga Eko tinggal, mengirim makan rutin sehari tiga kali kepada Herda dan Elita. “Enak-enak lagi kiriman makanannya Om,” kata Herda sambil tertawa.
Kalau yang sakit itu terpapar covid itu pastor apalagi uskup, jangan ditanya lagi hebatnya perhatian umat.
Salah satu grup WA saya kapan itu mengunduh undangan webinar para dokter Katolik yang mengajak diskusi tentang bagaimana menjaga kesehatan para imam kita.
Sambil bercanda, saya menanggapi undangan itu.
Saya bilang, tidak semua imam itu mudah diajak melakoni pola hidup dan makan sehat.
Beberapa imam kita sambil bergurau suka bilang: “Sudah ngga kawin, mosok makan enak saja ngga boleh?”.
Cinta dan perhatian kita kepada para imam sungguh luar biasa. Kita sangat sedih dan menyesalkan kalau ada berita imam-imam kita meninggal karena covid.
Kapan itu ada uskup dari luar Jawa yang harus segera dibawa ke Jakarta karena terindikasi kena covid. Beliau juga punya komorbid penyakit serius yang lain. Fasilitas pengobatan di keuskupan beliau juga kurang memadai.
Tanpa pikir panjang seorang teman pengusaha Katolik mengirimkan pesawat jet ambulan pribadi ke bandara kecil tempat bapak Uskup kita tinggal.
Luar biasa kasih dan perhatian umat kita.
- Sayang, di masa pandemi ini tidak semua orang bisa menikmati keindahan lagu yang sama.
- Sayang, semua orang belum juga bisa merasakan tawa bahagia yang sama.
Apalagi menjadi pemain yang andal dalam sebuah orkes, sehingga tercipta musik indah yang padu.
Tidak lama setelah Greysia Polii dan Apriyani Rahayu memenangkan medali emas badminton itu, tersebar meme yang sama sekali tidak lucu di sejumlah grup WA kami.
Dikatakan di sana: “Percuma menyumbangkan medali emas kalau ngga ber-…. Sebanyak apa pun medali emas dipersembahkan tetap masuk neraka. Di dunia mereka boleh menang, tetapi di akhirat mereka kalah.”
Yang masih mencoba menahan diri setelah membaca WA itu, biasanya cuma berkomentar: “Mau ketawa, nanti dibilang najis.”.
Atau, “Percuma menanggapi. nDak katut dadi édan.”
Tetapi yang sangat sebel pada meme itu berteriak: “Ndhasmu njeblug.”
Perjalanan mengalahkan Covid-19 ternyata masih panjang.
Gusti paringana sabar. Tuhan anugerahilah kami kesabaran itu.
So, since the name of the game is change, this time let’s play to win, okay?
(Selesai)
Kelapa Gading, Jakarta Utara
pada Pesta Santa Maria Diangkat ke Surga – 15 Agustus 2021