Pijar Vatikan II – Nguntabke Sedulur Tugas Jadi Dubes RI untuk Vatikan: Trias Kuncahyono (40A)

0
308 views
Ilustrasi: Dubes RI untuk Vatikan Trias Kuncahyono saat dilantik Presiden Jokowi di Istana Negara. (Sekretariat Kepresidenan)

TANGGAL 26 Juni 2023, sahabat kita Trias Kuncahyono dilantik Presiden  Jokowi menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (Dubes LBBP) untuk Takhta Suci Vatikan. Sejak hari itu, entah guyonan atau sungguhan, teman kita Kasyanto memanggil Trias dengan sebutan His Excellency. Sejak hari itu juga, semua kalangan seolah berlomba cari waktu untuk ketemu Trias.

Diva dan selebritis tanah air saja rasanya tidak setenar itu.

Teman-teman sekolah, teman kuliah, teman wartawan, teman-teman DPR, Kemlu, parpol, sahabat lintas agama, lintas golongan, pejabat tinggi, pejabat biasa, para aktivis, para tokoh gereja, sampai para imam dan bahkan para uskup seakan “ berebut” waktu ingin ketemu His Excellency Trias Kuncahyono.

Hari Jumat pekan lalu, di Resto Discipuli Menteng, Trias saya ajak ketemu beberapa mantan dubes, Romo Superior Jendral MSF dan ibu-ibu cantik sosialita sahabat Romo Bagyo Pr yang lagi berulang tahun.

Saya bilang ke Trias: “Dik bro, bar kono dadi Sua Eccellenza (His Excellency) ketoké kesibukan jengandika wis ngluwihi Bapak Kardinal”.

Seperti biasa, Trias cuma tertawa lepas setengah nyengir. Saya kasihan, Trias nampak kelelahan. Hari itu saja dia ada tiga pertemuan.

Selasa sore pekan berikutnya, giliran teman-teman alumni Mertoyudan membuat “acara pelepasan” Dubes Trias. Jauh-jauh hari, Kasyanto mengundang saya dan mengharuskan hadir pada acara ini.

Ia japri: “Kun, hari Selasa 25 Juli pukul 18.00 sampai selesai, kita mengadakan acara “ndhèrèk nguntabké” HE Trias Kuncahyono. Limited dan prominent friends kita undang; termasuk Kunarwoko. Mohon hadir ya. Kalau bisa Grace juga diajak”.

Bukan main. Rupanya saya ini dianggap limited dan prominent oleh Mas Kasyanto.

Trias bersama para mantan dubes RI untuk negara-negara asing. (Ist)

Trias di antara para mantan Dubes dan Romo Superior Jendral MSF

Benar, judul acara yang saya lihat di tayangan WyR Solution kemarin dulu ada-lah “Nguntabké Sedulur Tugas”, menghantar saudara tugas. Di bawah tulisan itu ada foto HE M. Trias Kuncahyono. Nama baptis lengkapnya yaitu Michael tidak disebutkan. Cukup ditulis M saja.

Banyak yang tak tahu M di depan namanya itu apa. Dan banyak yang tidak mau tahu juga, M itu apa. Trias pernah cerita, nama baptis Michael tidak tercantum di KTP karena “kecelakaan” administrasi.

Baru karena mau jadi Dubes Vatikan, maka sebelum fit and proper test di DPR dia ngurus KTP baru dan passpor baru yang mencantumkan nama baptisnya.

Saya tidak tahu, kalau tidak ditunjuk ke Vatikan apakah Trias akan ganti KTP. Tentu ada yang berpendapat, nama Trias justru berkibar karena ngga pakai nama Michael itu. Trias justru leluasa bergerak dan diterima di mana pun karena tidak memakai identitas Katolik.

Sama seperti teman saya almarhum Mas Arswendo. Nama Arswendo atau Wendo lebih ngetop daripada Paulus Arswendo Armowiloto.

Padahal sebelum baptis di Paroki Bintaro dulu, Arwendo “bolong-bolong” ikut pelajaran agama. Setelah menjadi Paulus Arswendo, nasibnya malah apes. Hanya beberapa bulan sesudah dibaptis, Arswendo ditahan di Penjara Cipinang.

Bukan sekedar teman alumni dan teman Gereja

Untuk sahabat Trias, yang sudah lebih 30 tahun menjadi wartawan, nama Michael di depannya rasanya sudah tidak perlu diperkarakan. Trias menjadi besar sehingga dipilih pak Jokowi menjadi Dubes Vatikan, pertama-tama bukan karena ia Katolik dengan nama baptis Michael.

Dubes Indonesia untuk Tahta Suci Vatikan, selama ini malah kebanyakan tidak Katolik. Dubes Vatikan yang Katolik, setahu saya adalah Pak Roni Kurniadi. Beliau bertugas di Roma pada tahun 1990-an.

Selanjutnya Dubes Indonesia untuk Vatikan selalu dijabat orang-orang non Katolik. Setelah jeda 15 tahun lebih, baru ada lagi Dubes Vatikan yang Katolik yaitu pak Agus Sriyono dan Pak Amrih Jinangkung – keduanya alumni Kolese de Britto Yogyakarta.

Dari pertemuan di Pejompongan Selasa malam, saya makin diyakinkan bahwa pertemanan atas dasar agama sama sekali bukan jaminan sukses agar ditunjuk jadi pejabat. Dari syering para sahabat di tempat Mas Wiryawan itu, saya juga makin yakin bahwa pertemanan atas dasar ikatan sesama alumni pun tidak menjadi faktor penting keberhasilan.

Trias Kuncahyono saat menghadiri HUT ke-73 Ignatius Kardinal Suharyo di Nunciatura Jakarta. (IG Jonan)

Trias cerita, pada ulang tahun Bapak Kardinal Suharyo di Kedutaan Vatikan di Kawasan Gambir, dia bertemu para mantan Dubes Vatikan. Ada yang pamer kepada Nuncio Mgr. Piero Pioppo bahwa mereka alumni Kolese de Britto.

Mgr. Anton Subiyanto Ketua KWI, yang kebetulan ada di dekat Trias, langsung menyahut: “Bapak Kardinal, saya, dan Mas Trias ini alumni dari Seminari Mertoyudan”.

Mendengar kata Mertoyudan, Nuncio lalu mengatakan: “Karena Sua Eccellenza Michele Trias dari Seminari Mertoyudan, maka proses konfirmasi menjadi Dubes ke Tahta Suci berlangsung cepat sekali. Saya semangat sekali mengirimkannya”.

Dalam syeringnya, Trias nampak bangga bahwa ia alumnus “srimenari” (kata ‘seminari’ sering diplesetkan dalam suasana guyon Sri (sedang) menari) Mertoyudan, sehingga “SK dari Vatikan” cepat turun.

Ia juga cerita, pas dilantik pak Jokowi, dia ada di deretan paling depan. Jadi paling banyak difoto, katanya.

Protokoler pelantikan mengatur, Dubes dilantik sesuai urutan konfirmasi penerimaan dari negara sahabat.

Seperti yang dikatakan Nuncio, Dubes Trias mendapatkan konfirmasi itu paling cepat. Maka dia dilantik paling dulu. (Berlanjut)

Baca juga: Filosofi Lima Jari Tangan Gambarkan Sosok Dubes RI untuk Vatikan Trias Kuncahyono (1)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here