Pindah Agama

1
748 views
Ilustrasi - Komunitas sebuah penghayatan rohani (UU World)

BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariAN.

Senin, 8 November 2021.

Tema: Terpleset.

  • Keb. 1: 1-7.
  • Luk. 17: 1-6.

JALAN kehidupan itu kadang licin. Berhati-hatilah. Jalan apa pun, baik jalan yang mendaki, kegembiraan berlebihan, menuruni, kesedihan tanpa reda.

Jalan yang datar dan bagus nampaknya semua baik-baik saja, tak ada masalah sekalipun. Tapi, awas. Berhati-hatilah.

Bila tidak, terpeleset dan jatuh.

Kesadaran dan waspada merupakan sinyal batin. Instingsi hati. Yang tampak dan menarik lewat penglihatan; yang indah, mempesona dan yang mendatangkan decak kagum lewat pendengaran; yang menggoda hati belum tentu merupaan sesuatu yang baik dan benar.

Kesadaran, kewaspadaan dan kebijaksanaan adalah benteng kedagingan manusia.

“Kenapa bingung?” tanyaku pada teman SMP.

“Aku bentrok dengan orangtuaku. Rasanya, aku harus memilih. Tetap tinggal bersama mereka atau aku mencoba mandiri,” jawabnya.

“Apakah ada sesuatu yang begitu penting dan mendasar, selain perkawinan, kamu harus meninggalkan rumah dan orangtuamu?”

“Ya, ini masalah imanku. Masa depanku. Pilihanku.”

“Apakah itu sesuatu yang genting?”

“Aku mau pindah agama.”

“Walah… orangtuamu kan petinggi di dalam komunitas kalian. Apakah rencanamu pindah keyakinan itu sudah dibicarakan dengan baik-baik?”

“Sudahlah. Hasilnya nihil. Yang ada adalah ketidak-setujuan, ketidaksenangan, kemarahan. Masing-masing memegang prinsip-prinsip. Tidak saling mau mendengarkan. Tidak saling mau memahami dulu apa yang dialami.”

“Mau pindah ke komunitas mana lagi? Bukankah komunitasmu sudah dalam naungan PGI. Apakah masih ada komunitas lain di luar itu?”

“Kamu mau coba deh. Ikutan yuk. Asyik lo. Pas dengan jiwa muda kita. Ada bulenya lagi,” desaknya.

“Aku sendiri sih nggak ingin pindah ke mana-mana. Aku dapat warisan imanku dari orangtuaku. Aku tidak mau jauh-jauh.

Merekalah yang mengajari iman kepada aku. Romo dan suster pun dekat dan akrab. Aku bertumbuh dengan baik. Diajari memandang kebaikan di  orang lain, walaupun agamanya berbeda.

Aku sendiri pun punya saudara-saudari yang berbeda agama. Kami saling menghargai,  rukun. Tidak ada yang perlu diributkan,” jawabku.

“Gimana ceritanya dengan kamu?” tanyaku.

“Begini. Ketika saya berlibur di Bali, saya bertemu dengan teman. Saya diajak menginap di rumahnya orangtuanya  daripada di hotel.

Aku terima tawaran itu. Aku membutuhkan sebuah tempat yang nyaman, suasana keluargaan dan dapat berlibur dengan baik.

Di rumahnya sering ada persekutuan doa. Caranya hampir sama, walau ada variasi sebagai ekspresi kasih.

Dalam komunitas kami itu tidak ada kesatuan peribadatan. Semua tergantung pemimpin ibadat. Aku sih ya enjoy- enjoy saja dengan puji-pujian dan penyembahan.

Suatu saat saya diajak oleh mereka untuk mengikuti sebuah pertemuan yang lebih besar. Kira-kira 200 orang.

Ada beberapa pasang bule. Tentu hal yang menarik, karena saya ingin berbicara dengan mereka sekaligus melatih bahasa Inggrisku.

Pengkotbahnya bergantian antara orang lokal dan seorang wanita bule.

Saya mengikuti peribadatan mereka. Mereka belum ada gereja, tetapi mereka punya beberapa rumah besar untuk peribadatan.

Suasana menyenangkan, menggairahkan,” terangnya dengan super semangat.

“Maksudmu?” tanyaku kepo.

“Ketika saya datang yang saya disambut dengan ramah. Bahkan dengan beberapa bule yang sudah datang sebelumnya. Kami mengisi absensi lalu diberi salam dan sebuah pelukan kasih yang hangat.

Bagiku itu sudah luar biasa. Lalu kami dipersilakan mengambil minuman dan aneka cemilan yang telah disediakan

Setelah itu, ibadat dimulai. Caranya seperti biasa di komunitas kami. Puji-pujiannya campuran bahasa  indonesia dan Inggris.

Ibadat diakhiri dengan peluk cium seperti yang dinasihatkan oleh Santo Paulus dalam Rm. 16:16, 1Kor 16: 20, 2Kor13; 12, 1 Tes 5: 26.

Kami pun makan bersama. Mereka ramah, bersaudara.

Banyak anak-anak remaja dan yang muda, datang. A happy ending-lah persekutuannya.

“Bukankah itu kelompok COG (Children of God)? Dilarang loh di Indonesia? Sama seperti kelompok komunitas lainnya, kalau tidak salah!

Aku sih tidak akanlah. Hati-hati loh!”

Yesus berkata, “Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.” ay 1

Tuhan, tambahkanlah iman kami, seperti iman para rasul kepada-Mu. Amin.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here