Pondasi Hidup

0
30 views
Ilustrasi: Gereja Stasi Santo Mikael Simangulampe, Paroki Doloksanggul di wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan ,Sumut, hinggu Minggu siang 3 Desember masih saja dikepung sampah banjir bandang berupa bebatuan besar-besar. Insiden bencana banjir bandang ini berlangsung hanya 10 menit, Jumat malam 1 Desember 2023. (Romo Demon Mansuetus SVD)

Kamis, 27 Juni 2024

2Raj 24:8-17.
Mzm 79:1-2.3-5.8.9.
Mat 7:21-29.

SEORANG pribadi yang dewasa mestinya memiliki integritas diri. Tindakan hidup mestinya selaras dengan nilai, keyakinan, dan prisip yang dipegangnya.

Integritas diri itu, tidak diwariskan secara turun temurun, namun, dibentuk oleh proses dan etika. Tidak ada jaminannya bahwa karena orangtuanya berkepribadian baik penuh integritas dengan sendirinya anaknya akan menjadi orang yang baik dan berintegritas pula.

“Seperti yang sudah saya katakan, hal pertama yang harus dilakukan adalah jujur ​​pada diri sendiri,” kata seorang sahabat.

“Dalam hidup ini tidak semua hal bisa dijawab dan diselesaikan sendiri. Kita tidak akan pernah bisa memberikan pengaruh pada orang lain jika kita tidak mengubah diri sendiri.

Itulah yang aku lakukan, ketika jalan kehidupan ini terlihat buntu, dan terasa berat hidupku. Aku hanya berusaha tetap menjaga integritas diri, dengan jujur dan rendah hati.” papar sahabatku.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.

Tuhan Yesus menggunakan analogi tentang dua pondasi yang berbeda: pondasi yang kokoh (orang yang mendengarkan dan melakukan firman-Nya) dan pondasi yang rapuh (orang yang mendengar tetapi tidak melaksanakan).

Hidup yang dibangun di atas pondasi yang kokoh akan bertahan dalam menghadapi ujian dan badai kehidupan.

Tuhan mengajarkan kita untuk tidak hanya sekadar mendengarkan atau berbicara mengenai iman, tetapi lebih dari itu, melakukan kehendak Allah dengan sungguh-sungguh.

Hal ini mengajak kita untuk hidup dalam kesetiaan dan ketaatan terhadap Allah, sehingga hidup kita memancarkan buah-buah Roh yang nyata seperti kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku membangun pondasi hidup dengan tepat?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here