BULAN April 2022 lalu diawali dengan senyum manis. Terjadi di depan pintu Biara Postulat Kongregasi Suster Dominikan (OP) di Baciro, Yogyakarta.
Yang membukakan pintu adalah Sr. Felicia OP. Suster biarawati yang sama pula telah membukakan pintu Biara Suster OP di Purwokerto kepada kami tahun 2013 silam. Saat itu, jelang malam hari, kami ingin sedikit beristirahat sembari menumpang mandi di Susteran Dominikan (OP). Karena baru saja tiba di lokasi, usai melakukan perjalanan panjang berkendara beberapa jam dari Jakarta menuju Purwokerto.
Diantar Sr. Anne Marie OP sowan Mgr. Julianus Sunarka SJ
Untuk sowan menemui Sr. Anne Marie OP yang waktu itu menjadi Pemimpin Umum Kongregasi Suster Dominikan (OP) Provinsi Indonesia. Dan bersama Sr. Anne Marie OP, kami diantar datang sowan mengunjungi almarhum Mgr. Julianus Sunarka SJ – Uskup Keuskupan Purwokerto saat itu.
Kunjungan kami dolan ke Susteran Dominikan (OP) -lokasinya persis di samping RS Elisabet Purwokerto- memang sudah dirancang sebelumnya. Ingin ketemu dua pihak: Sr. Anne Marie OP dan almarhum Mgr. Sunarka SJ.
Kisah sedikit berbeda terjadi April 2022 lalu
Di tengah hawa panas yang luar biasa di Kota Yogyakarta waktu itu, saya menyempatkan diri mampir di Postulat Dominikan (OP) di sebuah jalan kecil – tidak jauh dari Gereja Kristus Raja Paroki Baciro.
Rumah pendidikan dan pembinaan untuk para remaja puteri calon suster novis OP ini berada di sebuah jalan kecil – tepatnya di pinggiran utama Jl. Canthel.
Karena pernah ke situ beberapa tahun sebelumnya bersama Sr. Dominika OP, maka saya langsung bisa “menandai” persis lokasi rumah pendidikan dan pembinaan untuk para Postulan Suster OP ini.
Nah, sekali lagi Sr. Felicia OP yang datang membukakan pintu. Masih disertai sunggingan senyum ramah menyapa tamunya.
Kisah-kisah menarik ingin jadi suster biarawati OP
Bersama suster OP senior yang menjadi pembimbing para Postulan calon suster Dominikan, penulis dijamu kisah-kisah menarik mengapa para remaja puteri dari berbagai daerah ini tertarik ingin menekuni hidup bakti sebagai religius.
Dan untuk itu, mereka sengaja memilih Kongregasi Suster Dominikan (OP).
Ada yang berasal dari Tapanuli -persisnya di Brastagi yang indah di wilayah reksa pastoral Keuskupan Agung Medan. Lainnya berasal dari Mentawai – sebuah gugusan pulau-pulau kecil di Samudera Indonesia yang sangat jauh dari daratan Pulau Sumatra; tepat persisnya dari Padang, Sumbar. Sementara yang lainnya berasal dari Surabaya, Flores, dan daerah lainnya.
Kami ngobrol panjang-lebar tentang sejarah panggilan hidup religius. Ngobrol menarik ini terjadi di refter alias kamar makan.
Ibadat Sore
Kaum remaja puteri ini terlihat sangat antusias dan ceria mengisahkan sejarah panggilan hidup mereka masing-masing yang mayoritas mengaku mengenal profil Kongregasi Suster OP dari berbagai rilis informasi dan berita di media cetak -seperti Majalah Hidup– dan media daring lainnya.
Obrolan panjang sebentar kemudian terhenti, karena para Postulan calon Suster OP ini harus segera masuk kapel. Untuk berdoa harian: Ibadat Sore.
Saya ingin tahu juga bagaimana cara mereka ini mengidungkan lagu-lagu pujian di sore hari di kapel Postulat OP Baciro.
Rasanya senang juga mendengar lagu-lagu rohani khas Ibadat Sore yang sudah lama tidak pernah saya dengar.
Sejenak kemudian, aura kegembiraan rohani itu semakin disempurnakan di meja makan. Terjadi pada penulis, ketika para Suster Postulan OP itu mulai menggelar aneka makan-minum hasil masakan mereka. Dan mengajak saya ikut makan malam di refter.
Saya pulang ke rumah dengan perut kenyang. Batin juga mengalami sukacita.
Gembira, karena makanan rohani dan jasmani itu terasa semakin renyah baik di mulut dan di hati. Berkat senyum-senyum manis para Suster Dominikan di Postulat Jl. Canthel, Baciro, Kota Yogyakarta.