Bacaan 1: 1Tim 1:1-2. 12-14
Injil: Luk 6:39 – 42
TAK banyak orang yang secara jantan mau mengakui kekurangan dirinya. Biasanya orang malah sering menutupinya.
Saat bercermin mestinya tidak hanya digunakan untuk melihat tubuh secara fisik terutama wajah. Namun hendaknya juga melihat sisi dalam, berkomunikasi dengan diri-sendiri, memahami jiwa dan psikologi diri.
Dengan memahami hubungan batin sendiri maka diharapkan akan memiliki relasi yang baik dengan orang lain. Kenali dirimu dulu sebelum menilai orang lain.
Karena terus diserang oleh orang-orang Farisi dan para ahli Taurat, Tuhan Yesus sampai memberikan sebuah perumpamaan untuk mereka. Namun perumpamaan ini juga bisa dimaknai secara luas hingga hari ini, diterapkan kepada diri sendiri.
“Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang? Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya…”
Sebuah perumpamaan untuk meminta melihat potret diri.
“Orang buta” tentu ditujukan terhadap orang Farisi dan para Ahli Taurat. Sok religius dan mengajarkan Hukum Tuhan kepada jemaat namun mereka sendiri tak melaksanakannya.
Sebuah pesan agar hati-hati dalam memilih junjungan hidup agar tidak jatuh ke dalam lubang bersama-sama gurunya.
Banyak orang di sebuah saluran digital berbicara teologi, namun ironisnya mereka tidak tahu apa yang dibicarakan. Lebih celaka lagi, pendengarnya juga banyak yang mau dibodoh-bodohi.
Tanpa ragu, Rasul Paulus mengatakan sisi buruk masa lalunya kepada anak didiknya dalam iman, Timotius.
“…aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman.”
Namun justru keadaan itu membuat Rasul Paulus bersyukur kepada Tuhan, sebab Dia memberikan kasih karunia-Nya dipercaya melayani-Nya lewat jemaat yang dibangunnya.
Paulus paham betul siapa dirinya, namun ia telah selesai dengan masa lalunya. Setelah pertobatannya, hidupnya hanya untuk Tuhan lewat jemaat yang dibinanya.
Pesan hari ini
Apakah kamu kenal siapa dirimu, sebelum menilai orang lain. Kenali potret dirimu sebelum melihat orang lain.
Kadang balok di mata tak bisa dilihat, namun sebiji pasir dimata orang lain bisa kita lihat.
“Sering-seringlah bercermin sebelum berkata-kata. Jangan-jangan kamu sedang menghakimi dirimu sendiri. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”