* Sinergi Asian Youth Day 2017 dan Hari Minggu HAK KAS 2016
UNGARAN – Minggu (24/1/2016); Ada yang beda dan unik di Paroki Kristus Raja Ungaran pada Hari Minggu Biasa III kali ini. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Romo FX. Sukendar Wignyosumarta Pr sebagai Penjabat Uskup Keuskupan Agung Semarang dalam konselebrasi bersama Romo Aloys Budi Purnomo Pr.
Kehadiran Romo Sukendar untuk memimpin Perayaan Ekaristi terkait dengan suasana Asian Youth Day (AYD) 2017, mengingat bahwa Salib AYD 2017 saat ini berada di Gereja Kristus Raja Ungaran sejak tanggal 21 Januari lalu hingga tanggal 28 Januari mendatang.
Dalam rangka itulah, maka Ignatius Lukas yang menjadi Ketua Orang Muda Katolik (OMK) Kristus Raja Ungaran menghadirkan Romo Administrator Diosesan (Pejabat Uskup) Keuskupan Agung Semarang, yang kita kenal sebagai Romo Kendar.
Dalam homilinya, Romo Kendar menyampaikan kepada umat bahwa tahun rahmat Tuhan sebagaimana diwartakan dalam Injil Lukas 4:14-22 sekarang ini menjadi nyata melalui Tahun Yubileum Luar Biasa Kerahiman Allah. Dalam rangka itu pula, kita dipanggil untuk memancarkan kerahiman Allah dalam kehidupan bersama secara nyata.
Hal itulah yang kita hayati pula melalui cita-cita menghadirkan Gereja yang merangkul (inklusif), membarui diri (inovatif) dan berdaya ubah (transformatif). Suasana itu sejalan dengan tema AYD 2017 yang akan diselenggarakan di KAS pada Juli-Agustus 2017 mendatang: “Kaum Muda Katolik dalam Sukacita Injil mewartakan Kerajaan Allah di tengah keberagaman dan masyarakat multikultural di Asia”.
Untuk itu, OMK bersama seluruh umat dipanggil menghadirkan sukacita Injil dalam kehidupan bersama yang ditandai oleh pluralitas dan multikulturalitas. Tema ini juga kita hayati pada hari ini yang merupakan Hari Minggu Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (Minggu HAK KAS). Kita dukung gerakan AYD dengan doa dan dana.
Tari sufi
Untuk menggalang dana dalam rangka AYD 2017, OMK Paroki Ungaran atas pengarahan dari Romo Y. Sudarmadi Pr – Pastor Kepala Paroki Ungaran – mengedarkan kantong kolekte ke-3 sebelum berkat penutup. Dalam rangka itu, Romo Budi bersama OMK yang bertugas koor dalam Misa tersebut menyanyikan lagu “Mujizat Itu Nyata” dengan iringan saksofon.
Ternyata, pada kesempatan itu, dua penari sufi – Ilham dan Sodiq – yang rencananya akan turut berpartisipasi dalam Pentas Seni OMK sesudah Misa, mereka sudah tiba dan siap di sakristi. Itulah sebabnya, kedua penari sufi tersebut dipersilahkan mewarnai lagu “Mujizat Itu Nyata” dengan tarian mereka di hadapan umat yang hadir, sesaat sebelum berkat penutup disampaikan.
Dalam pengantarnya, Romo Budi menjelaskan, bahwa hari ini adalah Hari Minggu HAK KAS, dan seperti disebut dalam homili Romo Sukendar, umat diundang untuk mendukung persiapan AYD dengan doa dan dana. Maka, dari itu, sebagai sinergi antara penyambutan AYD 2017 dan Hari Minggu HAK KAS, OMK akan menyanyikan lagu “Mujizat Itu Nyata” diwarnai dengan tarian sufi oleh Ilham dan Sodiq dari Pondok Pesantren Al Islah Meteseh, Tembalang, Semarang.
Tarian sufi ini sering disebut tarian cinta yang menggambarkan penyerahan diri manusia kepada Sang Pencipta, Allah Yang Maha Esa. Tarian menjadi gerak naik sekaligus gerak menyamping tanda solidaritas kepada sesama. Umat pun menyambut dengan penuh antusias.
Pentas seni
Sesudah Perayaan Ekaristi, OMK Ungaran langsung menggelar Pentas Seni di halaman gereja. Mulai dari PIA, PIR dan OMK terlibat alam berbagai penampilan, termasuk para Misdinar Paroki Ungaran. Puncak acaranya adalah penampilan teater OMK yang berkisah tentang dokter gaul dalam merawat para korban baik yang kaya maupun miskin. Dalam gaya yang kocak, teater tersebut diapresiasi hadirin meski hujan deras mengguyur. Mereka setia menikmati sambil terus tertawa geli.
Seluruh rangkaian Pentas Seni tersebut ditutup dengan tembang “Ndherek Dewi Maria” dan kembali dua penari sufi – Ilham dan Sodiq – menampilkan kepiawaian mereka dalam meliuk-meliuk memutar menari sufi di teras Gereja Kristus Raja Ungaran. Mulai dari anak-anak, remaja, orang muda, dan dewasa tak hanya asyik menyanyiksan tarian sufi, tetapi juga menyanyikan lagu “Ndherek Dewi Maria” sebagai pengiring bagi para penari sufi tersebut. Maka, hadirin pun tak hanya menjadi penonton melainkan terlibat aktif mengiringi tarian cinta di tengah hujan yang tak kunjung reda.
Sesudah tarian sufi dalam iringan lagu “Ndherek Dewi Maria” usai, Bima yang menjadi MC rangkaian acara Pentas Seni bertanya kepada Romo Budi yang juga menjadi Ketua Komisi HAK KAS, “Apa hubungannya antara AYD 2017 dan tarian sufi Romo?”
“AYD 2017 ditandai dengan kirab Salib AYD. Salib yang diarak dari paroki ke paroki di Keuskupan Agung Semarang tidak lain adalah Salib Kristus sendiri yang merupakan tanda cinta paling dahsyat bagi kita orang berdosa. Nah, tarian sufi juga disebut tarian cinta. Maka, cinta mempertemukan kita semua tanpa diskriminasi.
Apalagi pada hari ini juga merupakan Hari Minggu HAK KAS. Sesuai dengan tema AYD 2017 yang mengajak orang muda mewartakan sukacita Injil dalam keberagamaan dan masyarakat multikultural, melalui peristiwa hari ini, kita tidak sedang berteori tentang tema AYD 2017 melainkan langsung praktik secara nyata menghayati tema tersebut. Itulah hubungan antara AYD 2017 dan tarian sufi.” jelas Romo Budi.
Seusai acara Pentas Seni dalam sinergi antara AYD 2017 dan Hari Minggu HAK KAS 2016 tersebut, Romo Darmadi mengajak Ilham dan Sodiq untuk makan bersama di pastoran. Begitulah Hari Minggu HAK KAS 2016 di Ungaran ditandai dengan santap siang bersama antara dua santri penari sufi (Ilham dan Sodiq) dan dua pastor (Romo Darmadi dan Romo Budi) di ruang makan Pastoran Kristus Raja Ungaran.
Yang mengharukan adalah, sesudah makan, saat mendengar bahwa Ilham dan Sodiq akan pulang ke pondok pesantren dengan naik bus umum, Romo Darmadi langsung menawarkan diri dan mengantar mereka berdua pulang ke pondok pesantren mereka di Meteseh, Tembalang, Semarang.
Begitulah catatan terkait dengan sinergi antara AYD 2017 dan Hari Minggu HAK KAS 2016 di Paroki Kristus Raja Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.