
HARI Sabtu tanggal 24 April 2021 menjadi hari penting bagi Yayasan Bhumiksara. Karena tahun ini, Yayasan Bhumiksara merayakan harijadinya yang ke-33 tahun.
Seiring dengan perayaan peringatan HUT ke-33 tersebut, Yayasan Bhumiksara dan PT Penerbit Kanisius akan merilis buku bertitel Darma Kadarman: Rintisan, Pendidikan, Kaderisasi (2021).
Buku baru ini ditulis secara keroyokan bareng-bareng oleh tiga penulis yakni:
- St. Sularto, terakhir menjadi Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas.
- R. Royanto, terakhir sebagai Corporate Facility Management Director Kompas-Gramedia Group (KKG).
- Royani Lim, dosen Unika Atma Jaya dan Direktur Eksekutif Yayasan Bhumiksara.
Berburu arsip dan dokumen
Buku baru Darma Kadarman: Rintisan, Pendidikan, Kaderisasi (2021) itu digarap dengan cara kerja keras mengumpulkan berbagai bahan yang tersebar di banyak arsip dan dokumentasi yang dimiliki berbagai kalangan.
Juga disaripatikan dari hasil wawancara dari berbagai pihak yang mengenal almarhum Romo Prof. Dr. Kuylaars Kadarman SJ (1918-2005).
Dari “Kuylaars” menjadi “Kadarman”
Romo Kadarman SJ –demikian biasa pastor Jesuit ini disapa akrab- lahir dengan nama Kuylaars. Ia lahir di “Kota Akademi Militer” Breda tanggal 4 Desember 1918 dan meninggal dunia di Nijmegen, Negeri Belanda, tanggal 3 September 2005.
Begitu mendapatkan status WNI-nya, pastor Jesuit misionaris dari Negeri Belanda ini lebih suka memakai nama “Jawa-Indonesia”-nya sebagai nama baru dan panggilan sehari-hari.

Pendiri LPPM, Pernah Rektor IKIP Sanata Dharma
Almarhum Romo Kuylaars Kadarman SJ bukan orang sembarangan. Ia adalah sosok penting di balik keberadaan LPPM (Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen) yang sekarang menjadi PPM dan berkantor pusat di seberang Tugu Tani, Menteng, Jakarta Pusat.
Sebagai imam Jesuit, Romo Kadarman pernah mengampu tugas sebagai Rektor IKIP Sanata Dharma – kini Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam kapasitasnya sebagai pendidik dan berkiprah di panggung akademik di level perguruan tinggi itulah, Romo Kadarman SJ ikut aktif membesut berdirinya APTIK (Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik Indonesia).
Mendirikan Yayasan Bhumiksara
Bersama sejumlah tokoh lainnya seperti Frans Seda, Anton M. Moeliono, Romo FX Danuwinata SJ, Mgr. Hadisoemarto O.Carm, PS Swantoro, Romo Kadarman SJ ikut membesut lahirnya Yayasan Bhumiksara.
Yayasan Bhumiksara berkantor di Kampus Unika Atma Jaya di Semanggi, Jakarta Selatan.
Selepas tidak “berkarir” di dunia pendidikan tinggi sebagai Rektor IKIP Sanata Dharma, Romo Kadarman SJ sempat mengampu tugas sebagai rektor collegium maximum Kolese Santo Ignatius (Kolsani) era tahun 1980-an.
Buku Darma Kadarman: Rintisan, Pendidikan, Kaderisasi (2021) akan dirilis secara resmi hari Sabtu (21/4/2021) usai berlangsung Perayaan Ekaristi syukur atas HUT ke-33 Yayasan Bhumiksara bersama Ignatius Kardinal Suharyo, Romo Justinus Sudarminta SJ, dan Romo Albertus Yogo Prasetianto Pr.
Ref:
- The Bhumiksara Foundation, a Catholic NGO that prepares the nation’s future leaders
- Indonesian Catholics: ethics and dedication to save the world from the pandemic