PAROKI Santa Perawan Maria Bunda Kristus Wedi, Kabupaten Klaten, mempunyai program “unggulan” yang sudah dilakukan sejak November 2014. Program itu bernama “Bedah Rumah”.
Dalam Bedah Rumah ini, umat bersama masyarakat sekitar memperbaiki rumah warga yang tidak layak huni. Bahkan di sejumlah kesempatan, paroki membuatkan rumah tinggal (baru) atau fasilitas hidup lainnya (seperti WC keluarga, MCK umum, kamar mandi, dan sebagainya) untuk mereka yang miskin dan sangat membutuhkan.
Program Bedah Rumah ini merupakan wujud konkret keberpihakan Gereja pada mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel (KLMTD). Sampai Januari 2017 ini, Paroki Wedi telah melakukan bedah rumah sekitar 30 kali, baik bedah rumah berat maupun ringan.
Pastor Kepala Paroki Wedi Rama Andrianus Maradiyo Pr menyampaikan, Program Bedah Rumah ini dimaksudkan untuk menghadirkan wajah sosial Gereja di tengah masyarakat. Gereja ingin menghadirkan Kerajaan Allah yang semakin signifikan dan relevan bagi umat dan masyarakat.
“Sebagai wujud konkretnya, kita lakukan dengan menyapa dan memberi perhatian kepada mereka yang KLMTD dalam bentuk Bedah Rumah. Program Bedah Rumah ini bukan berarti kita mengambil alih tugas negara atau pemerintah, tetapi agar kehadiran Gereja semakin dirasakan oleh umat dan masyarakat,” kata rama.
Menjadikan manusia hidup bermartabat
Rama Maradiyo menjelaskan, tujuan bedah rumah ini pertama-tama untuk memberi sapaan serta perhatian, dan untuk membantu meringankan beban penderitaan kaum miskin yang rumahnya tidak layak huni. Harapannya, setelah rumahnya diperbaiki, rumah warga yang miskin itu semakin layak huni, sehat dan nyaman. Selain itu juga untuk menumbuhkan serta memperkuat kembali rasa solidaritas dan kemurahan hati umat dan masyarakat sekitar.
“Dalam bedah rumah ini, nilai-nilai kearifan budaya lokal (local wisdom) yang nyaris luntur karena modernisasi seperti semangat gotong-royong, sekarang tampak mulai tumbuh kembali. Dalam bedah rumah ini, umat dan masyarakat juga belajar berbagi. Ada yang menyumbang tenaga, dana, material, konsumsi, dan sebagainya. Mereka bahu membahu saling mendukung dan menyumbangkan apa yang bisa diberikan untuk membantu mereka yang miskin dan membutuhkan. Selain itu, ada hal yang unik dan membanggakan yang mana di beberapa tempat, kegiatan bedah rumah ternyata juga melibatkan warga non Katolik,” papar rama.
Rama asal Girisonta, Karangjati, Ungaran Selatan, Kab. Semarang ini mengatakan, sumber dana untuk bedah rumah ini berasal dari Dana Papa Miskin (Danpamis) dan gerakan “kemurahan hati” umat. Danpamis ini berasal dari 15% kolekte dan persembahan umat.
“Kami bersyukur program Bedah Rumah ini didukung oleh umat dan warga non Katolik di sekitar lokasi rumah yang diperbaiki. Mereka terlibat dan membantu dalam bentuk tenaga, dana, material, konsumsi, dan sebagainya. Kami merasakan, umat sungguh bermurah hati,” ujar rama.
Rama Maradiyo menyatakan, sejak digulirkan pada bulan November 2014 sampai Januari 2017, Paroki Wedi telah memperbaiki sekitar 30 rumah, baik bedah rumah berat maupun ringan. Bahkan, ada yang sebagian yang dibuatkan rumah baru.
Umat senang
Program Bedah Rumah ini disambut gembira oleh umat, terlebih mereka yang menerima bantuan tersebut. Ny Agustina Parsiyem Prapto Wikarno (87 tahun) misalnya. Warga Dukuh Beku, Desa Gadungan, Kecamatan Wedi ini mengucapkan terima kasih atas kepedulian Paroki Wedi yang telah mau memperbaiki rumahnya.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada Paroki Wedi yang telah mau memperbaiki rumah saya. Terima kasih juga kepada umat dan warga Dukuh Beku yang telah ngrewangi (membantu) memperbaiki rumah saya yang sudah tidak layak huni ini,” ucap umat Lingkungan Santo Yusup Pencar ini penuh syukur.
Setelah diperbaiki Gereja, rumah Ny Parsiyem yang berukuran 5 x 7 meter itu kini menjadi lebih baik. Dinding rumah yang dulu dari anyaman bambu (gedhek), kini telah ditembok permanen. Genting rumah yang selalu trocoh (bocor) saat hujan tiba, sekarang tidak bocor lagi karena telah diganti dengan genting pres. Usuk dari kayu yang sudah lapuk juga diganti. Begitu pula dengan reng-nya. Singkat kata, sekarang kondisi rumah Ny Parsiyem menjadi lebih layak, lebih sehat, dan lebih nyaman untuk ditinggali.
Apresiasi otoritas Gereja
Program Bedah Rumah Paroki Wedi ini mendapat apresiasi yang baik dari almarhum Mgr. Johannes Pujasumarta (Bapak Uskup Keuskupan Agung Semarang saat itu). Hal ini disampaikan suwargi Mgr. Pujasumarta saat meninjau langsung kegiatan bedah rumah Ny Maria Wiro Dimejo (Lingkungan St Agustinus Sudimoro) dan Christina Kliwati (Lingkungan St. Yusup Ngering).
“Saya menyambut baik program Bedah Rumah di Paroki Wedi ini. Karena program seperti ini benar-benar dapat dirasakan umat. Saya juga terkesan dengan dukungan umat dan keterlibatan warga non Katolik yang ada di sekitar rumah yang diperbaiki. Mereka nampak guyub, rukun, dan bergotong-royong saling membantu. Ini sesuatu yang baik,” kata mendiang Bapa Uskup.
Menurut mendiang Mg.r Pujasumarta, program Bedah Rumah ini perlu diteruskan. “Program Bedah Rumah ini perlu dilanjutkan. Ya (program) seperti ini yang saya harapkan. Ini adalah wujud konkret dari Gereja yang berpihak pada kaum miskin. Aksi seperti ini adalah buah dari Ekaristi yang mengalir dalam wujud syukur,” ucap Bapa Uskup saat itu.