TANGGAL 23 September 2023, saya berkesempatan bertatap muka dengan sedikitnya 500 mahasiswa dan mahasiswi STIPAR Ende, Flores, NTT. Beberapa dosen awam maupun dosen imam hadir. Di situ ada Romo Fery Dhedu, Romo Feri Dhae, Romo Jeff, dan Romo Yonas.
Saya diberi waktu dua jam untuk menyampaikan materi tentang kesadaran lingkungan hidup. Saya sengaja memilih metode interaktif di mana lebih banyak dialog daripada ceramah.
Mengapa komit kampanye konservasi lingkungan
Dua mahasiswa memulai acara dengan bertanya: apa motivasi saya aktif dalam gerakan lingkungan hidup?
Saya menjelaskan, sebagai imam Katolik selama bertahun-tahun, tentu saja saya mengerjakan berbagai tugas di lingkungan internal Gereja Katolik.
Namun pada tahun 2009, saya melihat pengumuman mengenai Asia-Pacific Forum untuk Climate Change dan Global Warming yang diadakan Al Gore, mantan wakil presiden AS, di Melbourne. Saya melamar dan diterima untuk ikut acara tersebut.
Dari Bandung, kami berangkat hanya berdua; dengan Dr. Armi Susandi, dosen klimatologi Institut Teknologi Bandung. Ia seorang alumnus Jerman dan staf ahli Dewan Nasional Perubahan Iklim. Selain kami berdua, masih ada lagi peserta dari berbagai kota di Indonesia dan kami semuanya berjumlah 45 orang.
Diukur melalui kadar C02
Di Melbourne itulah saya baru tahu bahwa pemanasan global antara lain diukur dari kadar CO2 global dari Observatorium Cuaca di Maula Loa di Hawaii. Tahun 2009 itu, kadar CO2 adalah 387 ppm. Dikatakan, bila mencapai 415 ppm, maka bumi akan terlalu panas untuk ditinggali.
Tahun 2023, ini kadar CO2 sudah melewati angka 421 ppm. Bila batas maksimalnya adalah 450 ppm, maka batas itu akan dilewati dalam 10-15 tahun yang akan datang.
Maksimual kenaikan suhu tidak lebih dari 1,5C
Namun, saat ini sudah tercapai kesadaran bersama bahwa target membatasi kenaikan suhu global maksimal 1,5 celsius di atas suhu rata-rata global. Di awal abad industri tidak akan berhasil dilaksanakan.
Carbon budget 400 gigaton yang dicadangkan masih boleh dihabiskan umat manusia sudah akan habis dalam waktu 6-7 tahun ke depan. Maka sisa waktu kita untuk menyelamatkan kehidupan di muka bumi sebenarnya hanya beberapa tahun saja.
Yayasan Lingkungan Hidup
Itulah yang mendorong saya untuk akhirnya mengambil inisiatif bersama para sahabat untuk mendirikan Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup yang mengelola Eco Camp di Bandung. Sejak tahun 2014, Eco Camp sudah dikunjungi dan melatih lebih dari 40 ribu orang dari berbagai latar belakang. Dilatih untuk memiliki kesadaran baru hidup ekologis.
Menjadi Gereja Zaman Now
Materi yang saya sampaikan adalah pertanyaan mengenai sejauh mana kita sebagai orang Katolik berusaha memahami bahwa Paus Fransiskus mengajak kita membangun Gereja zaman sekarang. Bukan lagi hanya membuka jendela untuk melihat suka dan duka dunia, melainkan membuka pintu dan melangkah keluar.
Kata Paus Fransiskus, kita sebagai Gereja harus pergi ke tempat yang kotor dan berlumpur daripada menjadi gereja yang bersih dan nyaman dengan dirinya sendiri.
Saya bertanya apakah para dosen dan mahasiswi serta mahasiswa STIPAR Ende sudah berusaha mempelajari semua dokumen yang dikeluarkan Paus Fransiskus, khususnya Evangelii Gaudium, Laudato Si‘, Amoris Laetitia, Dokumen Abu Dhabi, Gaudete et Exsultate, Querida Amazonia, Christus Vivit, dan Fratelli Tutti.
Sayang sekali kalau kita mengaku Katolik, tapi tidak berusaha menyadari dan mempelajari arah Gereja yang baru sesuai yang diinginkan Paus Fransiskus.
Kondisi saat ini: sudah terjadi kasus pendidihan global
Saya juga menyampaikan berbagai situasi dunia saat ini.
- Perubahan iklim sudah menjadi krisis iklim dan bahkan darurat iklim.
- Pemanasan global sudah menjadi pendidihan global.
- Di banyak tempat, suhu sudah melebihi 40 celsius. Bahkan di Death Valley, Texas, AS, suhu bumi sudah mencapai 54,4 celsius.
- Di Kabupaten Berau, Kalimatan Utara, para petani tidak lagi bisa bekerja di siang hari karena terlalu panas. Tanaman harus disiram air lima kali sehari yang meningkatkan pengeluaran modal untuk pertanian.
Panggilan untuk bertobat dan bertindak
Saya juga memperkenalkan sosok remaja pejuang lingkungan dari Swedia. Namanya Greta Thunberg yang dalam usia menjelang 20 tahun telah menerbitkan buku The Climate Book.
Buku itu mau mengingatkan bahwa waktu kita sudah sangat terbatas untuk menyelamatkan kehidupan.
Buku The Climate Book setebal 446 halaman itu berisi 84 artikel yang ditulis 104 orang dari berbagai lembaga dunia dan dilengkapi 18 tulisan Greta Thunberg sendiri.
Greta sudah sadar lingkungan sejak dia masih berumur 8 tahun. Ia sempat sakit dan kehilangan berat badan, karena memikirkan bumi saat berusia 11 tahun. Ia memulai mogok sekolah demi iklim di usia 15 tahun yang setahun kemudian diikuti jutaan anak muda di ribuan tempat di ratusan negara.
Saya juga memperkenalkan berbagai aktivis muda dalam gerakan lingkungan hidup seperti Aeshnina Azzahra Aqilani (Nina), Laetania Belai Jandam, Melati dan Isabel Wijsen, Margareta Quina, Soraya, dan Dhira. Kiranya masih banyak aktivis muda yang sudah aktif dalam berbagai gerakan lingkungan hidup.
Harapannya adalah semoga para mahasiswi dan mahasiswa STIPAR Ende juga bisa menjawab pertanyaan eksistensial ini:
- Untuk siapakah aku ini ada?
- Jangan hanya sibuk membangun identitas diri dengan bertanya: siapakah aku?
- Menurut Paus Fransiskus, orang muda adalah masa kini Allah.
- Orang muda bukan harapan di masa depan.
- Orang muda adalah pemilik bumi saat ini.
- Generasi yang lebih tua meminjam bumi ini dari generasi yang lebih muda.
Menjadi lebih sadar diri
Pada saaat akhir pertemuan, dua orang muda menyimpulkan apa yang mereka pelajari hari ini.
Seorang mahasiswa mengatakan bahwa orang mudalah yang harus mengambil tanggungjawab merawat bumi dan kehidupan yang telah dirusak oleh generasi yang lebih tua.
Seorang mahasiswi akan mulai mengambil tanggungjawab merawat bumi dengan tindakan kongkret sehari-hari yang lebih ramah lingkungan. Antara lain dengan mengurangi pemakaian plastik sekali pakai.
Pertemuan hari itu ditutup dengan doa. Juga disuarakan harapan bahwa orang muda -khususnya mahasiswi dan mahasiswa STIPAR Ende- tidak hanya sadar. Namun juga akan bergerak dan berjuang merawat bumi dan kehidupan.
- Bila dari 10 ribu orang hanya ada 1.000 orang yang sadar, siapakah di antaranya?
- Bila dari 1.000 orang hanya ada 100 orang yang sadar, siapakah di antaranya?
- Bila dari 100 orang hanya ada 10 orang yang sadar, siapakah di antaranya?
- Bila dari 10 orang hanya ada 1 orang yang sadar, siapakah di antaranya?
Untuk tiap pertanyaan semua mahasiswi dan mahasiswa STIPAR Ende menjawab dengan mantap dan teguh: “Itu adalah saya.“
Baca juga: Apa dan Bagaimana STIPAR Ende, Flores (2)