Providentia Dei

0
288 views
Ilustrasi: Mencari arah baru. (Ist)

Puncta 13.07.23
Kamis Biasa XIV
Matius 10:7-15

PADA masa formatio (pendidikan) calon imam, para frater diminta mengadakan peregrinasi, atau perjalanan menuju ke suatu tempat yang sudah ditentukan.

Setelah sarapan, mereka dibawa dengan mobil dan diturunkan di suatu tempat. Lalu mereka harus berpencar menuju ke tempat masing-masing sesuai perintah pimpinan.

Mereka tidak diperkenankan membawa bekal apa pun. Tidak ada uang sepeser pun dalam dompet. Yang ada hanya kartu identitas (KTP).

Dompet itu kosong tak ada isinya. Zaman dahulu belum ada kartu ATM. Mereka hanya boleh mengandalkan kebaikan orang lain selama perjalanan.

Ada frater yang sampai di Ambarawa sudah siang. Perjalanan jauh, panas, haus dan lapar sudah terasa. Dia mencoba memasuki warung dan minta diberi pekerjaan untuk membantu mencuci piring, gelas dan sendok.

Ibu pemilik warung itu baik sekali. Dia mengizinkan pemuda itu membantu di dapur. Setelah selesai, ibu itu memberi sepiring nasi pecel dengan lauk lele dan segelas es teh manis. Frater itu mengucapkan terimakasih sudah diberi makan.

Ia melanjutkan perjalanannya.

Setelah selesai peregrinasi, mereka berkumpul untuk membuat refleksi bersama. Mereka semakin dikuatkan dengan kata-kata St. Paulus, “Scio cui credidi,” aku tahu kepada siapa aku percaya.

Kisah Injil yang kita dengar hari ini menguatkan pengalaman hidup mereka. Tuhan Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk mewartakan Kerajaan Surga sudah dekat. Mereka diminta untuk percaya pada penyelenggaraan ilahi atau providentia Dei.

Mereka diminta untuk tidak membawa bekal.

“Janganlah kamu membawa emas, atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya,” sabda Yesus.

Para murid diminta untuk percaya pada penyelenggaraan Tuhan melalui orang-orang yang dijumpainya. Nampaknya Tuhan ingin agar murid-murid-Nya hanya mengandalkan Tuhan saja. Tuhan akan mengutus orang-orang baik yang bisa menolong para utusan.

Zaman ini untuk percaya pada penyelenggaraan Tuhan itu terasa sulit. Orang mencari aman dengan memiliki kartu jaminan hidup. Ada kartu ATM, kartu kredit atau kartu lainnya.

Kalau tidak, orang akan menyimpan aneka aplikasi payment di HP yang memudahkan dia memenuhi kebutuhan hidupnya.

Mengandalkan jaminan penyelenggaraan dari Tuhan?

Orang zaman sekarang mungkin akan mentertawakan. Tetapi jika kita berani mengandalkan Tuhan, kita akan melihat dan mengalami ada banyak orang baik di sekitar kita.

Tuhan terasa begitu dekat dengan kita. Itulah penyelenggaraan Tuhan. Beranikah kita mengandalkan-Nya?

Berjalan-jalan di sekitar Gunung Lawu,
Menikmati lagu kenangan yang mendayu-dayu.
Tuhan tidak berjanji langit selalu biru,
Tapi Ia mengirim orang yang siap membantu.

Cawas, Scio cui credidi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here