PSE Keuskupan Purwokerto untuk Pelayanan Masyarakat, Semoga Tuhan Kasih Petunjuk

0
1,506 views
Kunjungan Ketua Komisi PSE (Pengembangan Sosial Ekonomi) Keuskupan Purwokerto menyapa umat. (Ist)

SABTU, 4 Juni 2016 pekan lalu sungguh menjadi hari yang penuh. Mulai dari urusan duniawi sampai urusan surgawi. Dimulai dari pagi hari di kantor, dua orang pemborong bangunan sudah datang.

Pemborong pertama, Mas Gunawan, datang untuk urusan pelunasan dari Komisi PSE atas selesainya pembangunan green house di Pondok Tani PSE Pangebatan. Pemborong kedua, Mas Yudi, juga datang untuk presentasi anggaran pembangunan kandang unggas di Pondok Tani PSE Pangebatan.

Pk. 09.35, kami  sudah mesti berangkat ke STIKOM Yos Sudarso-Purwokerto Selatan untuk survei tempat yang akan digunakan untuk penghijauan kampus dan pengolahan sampah organik bagi kampus dan warga. Ketua STIKOM, RD. Dr. Suraji Pr, bersama wakilnya, Pak G. Sumartono, menemani keliling kompleks kampus yang mulai akan diperluas arealnya untuk waktu-waktu yang akan datang.

Urusan bernuansa akademis pun dilakoni siang itu dalam kapasitas sebagai Romo PSE. Keliling melihat kompleks asrama puteri dan putera sampai kompleks dalam ruangan-ruangan tempat dimana para mahasiswa belajar siang itu. Apakah projek yang diajukan dari dana APP nasional dengan plafon 30 juta rupiah ini akan berjalan baik dan berkelanjutan?

Semoga Tuhan yang menuntun.

Pukul 11.20, urusan bisnis dimulai. Mbak Cicil, staf kantor mengatakan kalau ada telpon dari Koperasi Kerakyatan Indonesia di Semarang menelepon. Sesuatu yang jarang terjadi. Setelah ditelpon balik, ternyata mereka menawarkan kerjasama penyaluran sembako dengan harga miring untuk kalangan bawah atau masyarakat umum dengan pembagian nilai dua persen setiap kilonya. Mbak Roga itulah orang yang mencoba menghubungi kami. Urusan masih akan berlanjut dengan pertemuan formal untuk mendengarkan presentasi dari mereka yang akan datang ke Purwokerto.

Terbersit di benak ini, apakah mungkin PSE menjadi gudang stok sembako tempat orang-orang kecil datang untuk membeli sembako murah? Semoga Tuhan menunjukkan jalan.

Pk. 11.40, mahasiswa-mahasiswi yang tergabung dalam UMAKA (Unit Mahasiswa Katolik) Unsoed datang ke Keuskupan untuk menanti eksekusi proposal mereka terkait dengan pembelian bibit tanaman yang akan digunakan untuk bakti sosial di Panti Asuhan Bunda Serayu Banyumas. Ada empat mahasiswa yang datang, tiga di antaranya masuk dalam mobil PSE dan beranjak ke arah Baturaden.

Di sebelah kiri jalan yang mulai menanjak itu ada tukang tanaman dengan gerainya di pinggir jalan. Melihat, menawar, memilih, dan membayar akhirnya dilakukan oleh satu orang yang sama yaitu Romo PSE.  Empat karung pupuk, lima jenis tanaman buah, dan sekian jenis tanaman bunga pun berhasil dibawa pulang. Ini adalah urusan lingkungan hidup, sesuatu yang lain lagi dari urusan sebelumnya.

Mengunjungi umat

Sampai di Keuskupan, pk. 12.37, sudah menanti Mas Yuyun (Tim PSE/APP Paroki St. Yosef Purwokerto Timur) yang memang sengaja menjemput untuk pemberian bantuan APP hibah karitatif bagi dua warga paroki Purwokerto Timur. Urusan moral dan sosial pun dimulai, ketika kami bergerak menuju rumah Bu Hani dan Bu Lusia di daerah Kombas masuk ke dalam.

Tampak seorang perempuan tua berambut putih berkacamata sedang duduk di ruang tamu, sekaligus ruang tidur, sekaligus ruang tengah. Seorang perempuan lebih tua tergolek tidur di lantai, di gang ke arah dapur. Perempuan lebih tua ini adalah kakak dari Bu Hani.

Mereka kakak beradik dan tidak berkeluarga, hanya hidup berdua di rumah yang sangat-sangat sederhana, sempit, dan membuat miris setiap orang yang datang melihatnya. “Maaf-maaf, ini Romo? Maaf, maaf, saya sudah tidak sedemikian melihat. Maaf ya. Ini juga belum lama saya berobat karena terkena tiroid, “ kata Ibu Hani tampak bersalah ketika tidak mengenali siapa yang datang di siang itu.

Pak Yayang dari Tim PSE Purwokerto Timur juga menyertai kunjungan ini. Sejenak pembicaraan didominasi dengan mendengarkan apa yang disampaikan oleh Bu Hani terkait dengan sakitnya itu. Segepok kertas hasil laboratorium ditunjukkan pada Romo PSE.

“Bu, kami datang untuk berkunjung, menengok keberadaan Bu Hani dan Bu Lusia sebagai warga Gereja Katolik. Kami juga datang untuk memberikan sedikit perhatian Gereja pada Bu Hani dan Bu Lusia terkait dengan keberadaan rumah yang perlu diperbaiki terutama di bagian belakang yang tergerus sungai. Ini uang saya serahkan kepada Tim PSE paroki yang nanti akan mengatur segala sesuatunya untuk memperbaiki rumah ini.”

Setelah menyerahkan uang APP, kami berdoa bersama. “Lah ini, seperti ini Romo. Ini nanti rencananya memang akan dicarikan donatur untuk membantu perbaikan rumah. Jadi, tidak hanya dari APP saja,” kata Pak Yayang sambil menunjukkan keadaan di dalam rumah Bu Hani dan Bu Lusia yang memang sungguh membuat miris.

Tidak ada toilet di rumah itu. Adanya adalah satu kloset yang terletak di sebelah dapur persis jalan kecil menuju belakang rumah. Kloset tidak tertutup sama sekali.

Setelah berpamitan pulang, kami bergerak menuju pastoran untuk menjemput Pak Eko di Sekretariat Pastoran untuk membantu kami menunjukkan jalan menuju rumah Pak Joko di belakang Pasar Hewan Sokaraja. Pak Joko dan Bu Joko ada di rumah siang itu. Bu Joko sedang duduk di ruang tamu.

PSE purwokerto 2
Mengunjungi Bu Joko, umat Paroki St. Yoseph Purwokerto Timur. (Ist)

Spontan, saya melihat kaki mana yang dipotong karena sakit gula. Ternyata kaki sebelah kanan, di atas lutut. Ngeri juga melihat kaki yang dipotong seperti itu. “Ini sudah terjadi dua tahun yang lalu, Romo. Tiga saudara saya malah sudah meninggal juga karena penyakit gula. Kaki palsu yang ini sudah tidak dapat dipakai karena rusak. Maka, di tempat saya memesan kaki palsu yang dulu itu, saya sudah ditawari untuk membuat kaki palsu yang baru dan itu diukur sesuai dengan ukuran kaki saya. Harganya tiga juta rupiah. Namun, saya belum bisa membuatnya karena memang tidak ada dananya,” kata Bu Joko.

“Nah, untuk itulah kami datang ke sini, Ibu dan Bapak Joko. Selain silaturahmi, kami, mewakili Gereja untuk menunjukkan perhatiannya pada warganya yang mengalami kesulitan hidup. Harapan saya hanya satu, semoga dengan bantuan yang sedikit ini beban hidup Ibu dapat diringankan dan Ibu serta keluarga semakin diteguhkan sebagai orang Katolik dan setia menjadi orang Katolik.”

Amplop dana disampaikan oleh Romo Stef sebagai Ketua APP Keuskupan Purwokerto kepada Bu Joko disaksikan Pak Joko, Pak Eko, dan Mas Yuyun. Tidak lama silaturahmi itu berlangsung, acara kunjungan ditutup dengan doa bersama dan foto bersama. Dengan dibantu suaminya, Bu Joko mengenakan kaus kaki dan kaki palsunya. Lalu, Bu Joko berdiri dengan tertatih-tatih dan berfoto bersama. Terpampang di foto itu, foto besar pangantin baru dengan kostum muslim terpampang di dinding. Kami pamit pulang, sementara Bu Joko masih dengan tertatih-tatih mengantar kami sampai di halaman luar rumahnya.

Beberapa tetangga yang kebanyakan ibu-ibu tampak berkumpul di belakang rumah Bu Joko. Mereka memandangi kami dengan tatapan penuh tanya, sampai kami pergi meninggalkan Pak Joko dan Bu Joko.

Pk. 16.30 sampai di Keuskupan, hanya butuh waktu 30 menit untuk persiapan dan akhirnya urusan rohani menutup perjalanan hidup Romo Ketua Komisi PSE hari ini, yaitu misa. Pk. 17.00 berangkat ke Purbalingga. Bersama dengan Mas Kirdi, berangkatlah ke Stasi Plumutan.

Umat Stasi Plumutan sudah menanti untuk dilayani misa bersama malam itu. Sempurna sudah hari ini. Jam di kamar sudah menunjukkan pukul 22.30.

Domine Ad Quem Ibimus,

Stef Pr — Ketua PSE/APP KP

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here