Puasa dan Doa Ringankan Masalah Berat Anda!

4
27,603 views
Apakah Anda sedang stres berat, kecewa dan sedih berhari hari? Merasa tidak mendapatkan solusi atas permasalahan? Sudah berusaha keras, tapi tidak berhasil? Rajin berdoa tetapi tidak mendapat “penghiburan” atas doa itu?  Jangan khawatir. Ada obatnya.

Menurut Ignatius Loyola, situasi seperti itu disebut desolasi atau kesepian rohani. Situasi desolasi merupakan saat ketika orang mengalami kegelapan jiwa, kekacauan batin, jiwa ada dalam keadaan lesu, kendor, sedih, dan sebagainya.

Berhadapan dengan situasi seperti itu, Ignatius menganjurkan kita untuk secara keras mengubah diri. Yang dapat dilakukan misalnya lebih tekun dalam doa, meditasi, lebih keras memeriksa diri dan menambah lakutapa dalam ukuran yang sesuai (Latihan Rohani 319).

Puasa weton
Seorang tetangga di kampung pernah bercerita kepada saya bahwa ia sudah tidak berdaya lagi mengatasi kegemaran suaminya berjudi. Segala hal sudah ia lakukan agar suaminya bertobat. Semuanya tidak berhasil. Ini membuat hatinya benar-benar sedih dan bingung. Tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan.

Atas saran seorang teman, ibu ini berpuasa pada hari weton suaminya. Weton adalah gabungan dari tujuh hari dalam seminggu dengan lima hari pasaran Jawa (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon). Perputaran ini berulang setiap 35 (7 x 5) hari, sehingga menurut perhitungan Jawa hari kelahiran / weton berulang setiap lima minggu dimulai dari hari kelahiran). Ia berpuasa dengan sungguh-sungguh dan setelah beberapa waktu lamanya suaminya tidak lagi berjudi.

Apakah dengan berpuasa atau melakukan “mati raga” lantas permasalah langsung hilang seperti cerita tetangga saya di atas? Saya ingat cerita teman SMA tentang sepasang suami isteri yang sangat mengharapkan dikarunia anak.

Selain dengan segala usaha yang cukup memadai, suami isteri ini berdoa setiap jam 24.00, mohon bantuan Tuhan untuk dikarunia anak. Setelah bertahun-tahun berdoa, mereka tetap tidak dikarunia anak. Nah, ternyata tidak setiap puasa atau mati raga (seperti doa di tengah malam secara rutin) akan menghasilkan sesuatu yang kita minta. Lalu apa fungsinya puasa dan mati raga?

Teman SMA tersebut melanjutkan ceritanya bahwa kebiasaan suami isteri untuk  berdoa menjelang dini hari itu memberikan “rahmat” yang lain. Pengalaman berdoa rutin itu telah membuat mereka merasa bisa lebih merasakan kehadiran Tuhan, entah Tuhan mengabulkan permohonannya atau tidak. Mereka menjadi “ketagihan” berdoa.

So, kesimpulannya? Dengan melakukan puasa, berdoa lebih keras, mati raga, pada saat desolasi, kita mempersiapkan diri untuk menerima “solusi” yang diberikan Tuhan. Solusi itu tidak selalu sesuai dengan harapan kita. Namun percayalah, solusi yang diberikan Tuhan tentu yang terbaik.

4 COMMENTS

  1. Dalam persepsi saya Tuhan adalah maha segalanya sehingga saya boleh meminta apa saja. Meskipun ini tidak lazim, saya akan minta Tuhan membebaskan dan menyelamatkan saya dari segala masalah kehidupan ini. Dengan doa-doa, yang selalu diucapkan dalam batin, maka saya merasa bahwa Tuhan hadir dan mengangkat masalah-masalah kehidupan saya. Lantas, bagaimana kalau ternyata Tuhan ngga juga mengangkat masalah-masalah saya. Saya akan berdoa agar Tuhan mengauatkan saya bisa menjalani masalah dengan baik, sambil berharap dan memohon Tuhan segera mengangkat masalah-masalah kehidupan saya. Doa bagi saya, adalah membatin setiap keinginanku. Sangat sulit memang kalau saya harus berdoa secara ‘formal’, membuat tanda salib pun kadang saya enggan. Saya lebih suka berdoa dalam hati..Apalagi kalau ke gereja, jika pastornya ngga membumi khotbahnya, kadang saya merasa ngga memperoleh pencerahan

  2. Apapun itu…tetaplah tekun dalam berdoa, meski kita merasa kadang doa-doa kita belum juga dikabulkan…mohonlah agar diberi kesabaran, kekuatan dan kepasrahan dalam menantikan waktu dan jadwalNya untuk pengabulan doa kita. Karena Tuhanlah yang tahu segala kebutuhan kita….bukan segala keinginan kita. Amin…..Tuhan memberkati.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here