Puasa Sejati

0
614 views
Menolong orang lain (Ist)

Yes 58:1-9a dan Mat 9:14-15

ADA anggapan di kalangan orang Israel bahwa ketika mereka rajin beribadah, rajin berdiskusi tentang Allah dan berpuasa dengan cara membentangkan kain karung dan abu, merupakan sesuatu yang sungguh luar biasa. Tapi bagi Allah tidak.

Bagi Allah puasa yang benar adalah melakukan tindakan amal kasih: membebaskan orang yang dibelenggu karena kelaliman dan perbudakan, memberi makan bagi yang lapar, memberi tumpangan bagi para gelandangan, memberi pakaian kepada yang telanjang, dan siap membantu siapa pun yang memerlukan pertolongan.

Dengan melakukan amal kasih, hidup kita akan bercahaya seperti fajar dan akan mengalami kesembuhan dari segala sakit dan penderitaan. Kita akan selalu berjalan di jalan Allah: “Kebenaran barisan depanmu, dan kemuliaan Tuhan barisan belakangmu.”

Dengan melakukan amal kasih, Tuhan akan selalu mendengar setiap seruan dan doa-doa kita: “Engkau akan memanggil dan Tuhan akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong, dan Ia berkata: Ini Aku.”

Bagi Yesus, puasa itu bukan hanya sebuah rutinitas, sebuah kewajiban semata. Puasa yang tidak datang dari hati, akan kehilangan makna dan artinya, dan juga tidak akan berfaedah.

Bagi Yesus, selama ada dengan Dia, Sang Mempelai, para murid tidak berpuasa, melainkan mereka justru bergembira dan bersukacita. Ada waktu untuk berpuasa, yakni ketika Sang Mempelai diambil dari antara sahabat-Nya.

Puasa sejati adalah sikap sesal dan tobat, dan membangun hidup iman yang semakin kokoh, bahwa Allah mencintai kita dan mmengampuni kita.

Puasa Kristiani yang sejati bukan prestasi, tetapi perendahan diri. Bukan kekesalan dan rasa benci akan kegagalan diri yang menjiwai puasa, melainkan dengan sikap iman menantikan kedatangan Sang Mempelai, Yesus Kristus, sambil hidup dalan doa yang berkanjang dan melakukan karya amal kasih.

Pertanyaan untuk direnungkan: Bagaimana puasa kita?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here