Puasa yang Hilang Makna Rohaninya

0
55 views
Ilustrasi: Berpuasa. (Ist)

BANYAK kaum beragama berpuasa. Dalam liturgi Rabu Abu, Tuhan Yesus bersabda tentang sedekah, doa, dan berpuasa (Matius 6:1-6.16-18). Berpuasa itu penting, bermakna, dan berguna. Namun, praktik itu mengandung bahaya. Misalnya, salah motivasi dan tujuannya. Itulah yang sabda Tuhan wartakan pada hari ini (Yesaya 58:1’9a dan Matius 9:14-15).

Nabi Yesaya menanggapi keluhan bangsa Israel yang puasanya seperti Tuhan abaikan (Yesaya 58:3). Puasa mereka itu ritual belaka (Yesaya 58:2) dan dicemari oleh sikap mereka terhadap para buruhnya (Yesaya 58:3) dan perilaku kekerasan (Yesaya 58:4).

Di permukaan tampak religius dan saleh, tetapi mereka tidak melaksanakan kehendak Tuhan (Yesaya 58:5). Tuhan menghendaki mereka berbuat adil terhadap sesama manusia dan memperhatikan orang miskin (Yesaya 58:6-7).

Berpuasa itu bukan hanya kesalehan pribadi, melainkan sikap peduli kepada sesama, terutama mereka yang kecil, miskin, tertindas, dan diabaikan. Orang perlu mewujudkannya dalam semangat kasih dan bela rasa terhadap sesama.

Itulah yang Yesus lakukan tatkala berada di tengah dunia. Dia dan para murid-Nya tidak perlu berpuasa, karena mereka sedang melaksanakan kehendak Tuhan. Mereka yang miskin, sakit, dan dikuasai setan sedang mengalami belas kasihan Tuhan.

Bila orang melakukan yang sama, luka-lukanya akan disembuhkan (Yesaya 58:8). Luka apa? Luka akibat dosa, hidup tanpa kasih dan tanggung jawab terhadap sesama. Juga luka akibat kemunafikan dan kesalehan palsu.

Yesus menegaskan bahwa berpuasa itu mempunyai dimensi mendalam. Pertama, mengubah batin manusia dan membersihkannya dari dosa. Kedua, meningkatkan kepedulian terhadap sesama lewat tindakan kasih.

Jadi, berpuasa itu bukan semata ritual, melainkan aksi sosial. Tanpa mengulurkan tangan kasih dan bela rasa kepada sesama, puasa kehilangan makna rohaninya.

Jumat, 16 Februari 2024
Albherwanta O.Carm

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here