di penghujung tausiyah Ibu Hajah Shinta Nuriyah sesudah doa menjelang buka puasa mengiringi Semua yang membatalkan puasa di menjelang Magrib itu Ilham dari Pondok Pesantren Al Islah Tembalang Santri Kiai Budi berkolabirasi denganku Rama Budi lalu maka dia menari memutar meliukkan tubuhnya dengan tangan terentang kepala mendongak Pasrah tanpa pongah seperti melangitkan Penyerahan sempurna pada Sang Cinta dengan kusertai alunan suaraku sendiri tanpa iringan musik sebab musiknya adalah keikhlasan CintaKasihSayang dan KuasaNya yang Sempurna seperti syair lagu yang kulantunkan itu lagu yang kubuat dua puluh tahun lalu: kadang aku bertanya makna segala peristiwa walau tak kutemukan jawaban yang pasti bagiku namun kupercaya itulah kasihNya yang dilimpahkan Tuhan kepadaku// kini tlah kusadari rahmatNya berlimpah senantiasa tanganNya slalu menuntunku dalam setiap langkah hidupku smakin kupercaya itulah kasihNya yang dilimpahkan Tuhan kepadaku// syukur bagiMu oh Tuhanku atas segala rahmatMu dalam kelemahan dan kerapuhanku kuasaMu semakin Sempurna…// begitulah aksi spontan itu terjadi namun membuncah dari jiwaJiwa tak hanya perindu tetapi bahkan pelaku nyata sikap saling Bersaudara dalam keberagaman yang berbeda-beda dan tetap dalam Kasih tanpa pamrih
Pudak Payung, 16.6.16
Baca juga: Catatan tentang Buka Puasa bersama Ibu Shinta Nuriyah Wahid di Pudak Payung Ungaran