kau bilang kondusivitas toleransi
kuacakacakkacau
ketika berbagai gerakan akar rumput
yang mempertemukan banyak pihak
dalam kegembiraan Persahabatan
kuselenggarakan
demi Persaudaraan
Baca juga: Catatan tentang Buka Puasa bersama Ibu Shinta Nuriyah Wahid di Pudak Payung Ungaran
kau bilang kita kondusif toleran
tapi ketika seorang Bunda Istimewa
hendak Berbuka bersama warga
yang bahkan Duafa nestapa
di halaman rumahku
yang dekat dengan rumahmu
tapi itu kau larang
dengan alasan memancing emosi
melanggar akidah merusak tatanan
padahal aku tulus dalam ikhlas
sekadar menerima mandat
dengan segala rasa Hormat
heran tak habis mengerti
kau bilang dadamu sesek
bahkan menangis katamu untuk sebuah Silaturahmi keberagaman
yang Beliau kehendaki dan rancang
dengan suudon kupelintir
bahwa itu mauku semata
akan tetapi kau bungkam
saat dengan angkuh seseorang
bilang bahwa Bundamu
yang bagiku Istimewa
mengacakacakkacaukan aturan
merusak tatanan
bahkan kaulontarkan kalimat
yang tak pantas terucapkan
dengan berapiapi
di kebenaranmu sendiri
di forum Terhormat
dan bahkan
dihadiri banyak tokoh Terhormat
dan itu justru membuat dadaku
lebih sesek menangis pilu
sebab kau justru hanya bungkam
sambil ikutikutan menolak
kehadiran Bunda Istimewa
yang berkenan Berbuka bersama
di halaman rumahku
kau tolak Bundamu sendiri
dan rencana kehadirannya
dengan bahasamu yang halus
namun beracun tikustikus
padahal pula sudah kita bicara
duduk bersama berdua belas
untuk bagaimana sebaiknya
agar rencana Bunda Istimewa
tetap terlaksana
dengan tiga syaratmu kupenuhi
dan itu telah kusampaikan pula
kepada pihakpihak Terkait
yang juga menerimanya
kau bilang kita kondusif toleran
namun kalian keberatan ketika
hendak kukatakan sambil ingin
kukembalikan mandat itu
: maaf Bunda Istimewa
kukembalikan mandat
untuk menerima Kehadiranmu
di halaman rumahku yang Batal
demi kondusivitas dan toleransi :
dan seketika kalian berkata
“Jangan dikatakan seperti itu!”
lalu aku harus Bagaimana
ayo bantu aku merumuskannya
jawabku dalam senyum
tapi kalian juga bungkam saja
sungguh heran tak habis mengerti
dan biarkanlah keherananku ini
kusimpan dalam Puisi
seraya mencoba mengerti
perasaanmu yang sesungguhnya
semoga kelak berbunga berbuah
tanpa mudarat penuh manfaat
bahkan Berkat
bagi Umat dan Masyarakat
namun jika karena Puisi ini
aku harus Mampus
demi kondusivitas dan toleransi
dikeroyok tikustikus peradaban
tuliskanlah Kalimat ini
: inilah korban dan Kurban
kondusivitas dan toleransi :
ya tuliskanlah Kalimat itu
di atas Pusaraku
Ibu Pertiwi NKRI, 12.06.2016