AYEM tentrem ing desane Pak Tani
Urip rukun bebarengan
Mbangun desa sak kancane Pak Tani
Nyambut gawe tanpa pamrih
Wayah esuk wis pada nggiring sapine
Rame-rame nggarap sawah lan kebonne
Pancen luhur bebudine Pak Tani
Kena kanggo patuladhan
Nyambung urip sak anane Pak Tani
Jujur tindak lan lakune.
Lirik lagu yang dinyanyikan Moery Koes Plus itu sungguh sederhana dan bernas. Ia menggambarkan bagaimana Pak Tani hidup rukun dan damai di desa, selalu gotong royong, jujur tindak tanduknya dan dapat menjadi teladan bagi sesama.
Belajar dari padi yang ditanam oleh Pak Tani, kita mendapat banyak kebijasanaan.
- Pertama, padi itu makin bernas makin menunduk rendah. Kalau padi “kopong” tak berisi, tegak menjulang tinggi. Orang yang makin pandai, makin bijaksana justru makin merendahkan diri.
- Kedua, padi itu hidupnya bergerombol. Padi tak mungkin hidup sendiri. Ia membutuhkan orang lain. Oleh karena itu jangan egois.
- Ketiga, agar bisa menjadi beras enak, padi harus dijemur, ditumbuk, dikuliti, digiling. Agar kita menjadi pribadi yang berguna, harus mau diproses. Penderitaan hidup adalah proses agar kita menjadi pribadi yang baik.
Gambaran Pak Tani adalah wujud kepasrahan hidup. Pak Tani hanya menanam, pertumbuhan dan kesuburan serta keberhasilan panenan sangat tergantung dari belas kasih Allah.
Itulah karya Allah yang tak terwujud namun nyata dalam kehidupan Pak Tani. Dengan gambaran sederhana itu, Yesus menunjukkan Allah yang bekerja, “Kerajaan Allah itu seumpama orang yang menaburkan benih di tanah.
Malam hari ia tidur, siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas, dan tunas itu makin tinggi! Bagaimana terjadinya, orang itu tidak tahu.
Hargailah Pak Tani. Tanpa jerih payah mereka, kita tidak bisa makan cukup setiap hari! Dari Pak Tani kita melihat Allah yang bekerja tanpa kita sadari.
Belajarlah dari padi,
makin bernas berisi,
makin menundukkan diri.
Dia tidak pongah menyombongkan diri.
Berkah Dalem,