SETELAH Yesus mengusir pedagang di Bait Allah, Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mempertanyakan kuasa Yesus bertindak demikian. “Dengan kuasa siapakah Engkau berani bertindak demikian?”
Selama ini hanya para Ahli Kitab dan orang-orang Parisi lah yang merasa punya hegemoni tunggal di area Bait Allah. Merekalah yang punya wewenang menentukan halal dan tidaknya barang-barang yang dipakai untuk persembahan ibadat di Bait Suci dan yang berhak menentukan haram dan halal.
Monopoli kebenaran ada di pihak mereka. Pedagang-pedagang disitu tentu harus membayar “pajak” agar memperoleh lebel halal. Kalau mereka diusir dari Bait Suci, penghasilan mereka pasti berkurang.
Seperti kasus Tanah Abang lah. Siapa bisa memberi upeti yang besar, walaupun berjualan di trotoar atau kalau perlu di badan jalan tidak masalah. Rezeki mereka selama ini aman-aman saja, sekarang diusik oleh kehadiran Yesus. Berdebat tentang kuasa siapa, Yesus balik bertanya, “Dengan kuasa siapakah Yohanes membaptis? Kuasa Allah atau kuasa manusia?”
Mereka bingung sendiri. Tidak mampu menjawab pertanyaan yang menohok itu. Sejak Yesus kecil dipersembahkan di Bait Allah, Dia merasa bahwa Bait Allah adalah rumah Bapa-Nya.
Ketika Maria dan Yusuf mencari Dia, Yesus berkata, “Mengapa engkau mencari Aku? Bukankah Aku harus berada di rumah Bapa-Ku?”.
Kita bisa menarik kesimpulan sendiri dengan kuasa siapa Yesus melakukan semua ini? Dengan kuasa BapaNya yang adalah empunya Bait Allah. Yesus mau mengembalikan fungsi Bait Allah sebagai tempat berjumpa dengan Bapa-Nya, bukan tempat berjualan, mencari keuntungan sendiri, apalagi dengan membebani orang lain.
Marilah kita mengikuti Yesus mengembalikan rumah Allah untuk bertemu dan memuji-Nya. Selamat merenung dan berkah Dalem.