PADA Tahun Kebhinnekaan ini –nama tersebut diusulkan Mgr. Ignatius Suharyo menggantikan istilah Tahun Politik– kita mendengar istilah ‘politik identitas’ atau ‘politik aliran’. Inilah politik yang berjuang hanya demi dan untuk aliran tertentu.
Sejatinya, politik bertujuan untuk membangun bonum commune atau kesejahteraan umum (bersama), namun demi kekuasaan maka politik disempitkan hanya untuk mendukung kelompoknya.
Politik aliran itu menjerumuskan dirinya sendiri dan membuat jarak terhadap orang atau golongan yang tidak sealuran. Orang atau golongan yang tidak sealiran dianggap sebagai musuh yang wajib dihancurkan, dimusnahkan, dibenci.
Yesus pun juga mengingatkan murid-muridNya, “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dulu membenci Aku. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, maka dunia membenci kamu.”
Orang dunia membenci yang ilahi. Dunia membenci murid-murid Kristus, karena mereka tidak sealiran berasal dari dunia.
Kalau kita menjadi murid Kristus berarti, kita bukan dari dunia walaupun kita berada di dunia. “Jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu.”
Kita adalah gambar Kristus. Imitatio Christi. Maka kita mengikuti jejak-Nya, berjuang demi kesejahteraan bersama atau bonum commune. Supaya kita bisa menjadi imitatio Christi, maka rajinlah ikut Ekaristi-Nya.
Sampai jumpa besuk pagi pada perjamuan Tuhan. Selamat metenungkan. Tuhan memberkati.