UNGKAPAN dalam bahasa Jawa “Dudu sanak dudu kadang, yen mati melu kelangan” yang artinya “bukan sanak saudara bukan sahabat, tetapi kalau mati ikut merasa kehilangan” mendapat makna dari sabda Yesus hari ini.
Yesus berkata pada murid-muridNya, “Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak lagi menyebut kamu hamba. Tetapi Aku menyebut kamu sahabat.”
Yesus mengangkat derajad kita yang adalah hamba kini menjadi sahabat. Kalau dalam ungkapan di atas tadi, yang bukan siapa-siapa saja, kalau mati akan merasa kehilangan. Apalagi kini Yesus menyebut kita sahabat-Nya. Pasti kita adalah pribadi yang sangat berharga di mata-Nya.
Kemarin Yesus mengingatkan kita bahwa kita bukan berasal dari dunia walau kita berada di dunia. Maka dunia membenci kita. ‘Kewarganegaraan’ kita adalah surgawi karena Kristus.
Kristus mengasihi kita sampai sehabis-habisnya. “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”.
Kasih itu punya ciri: tidak egois, tidak membeda-bedakan, dan mau berkurban.
Dalam Bacaan Kedua, Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia supaya kita hidup oleh-Nya. Allah tidak egois. Allah mementingkan keselamatan kita.
Dalam Bacaan Pertama, Petrus berkata, “Sesungguhnya aku telah mengerti bahwa Allah tidak membeda-bedakan orang.”
Allah mencintai tanpa pamrih. Ciri ketiga adalah berkurban yakni memberikan nyawa-Nya untuk sahabat-sahabat-Nya.
Yesus minta supaya kita menuruti perintah-Nya, “Jikalau kamu menuruti perintahKu, kamu tinggal dalam kasih-Ku.
Mari kita hadir dalam Ekaristi-Nya supaya kita tinggal dalam kasihNya. Sampai ketemu besuk pagi di gereja dalam Ekaristi. Selamat merenungkan. Berkah Dalem.