Matius 18:15-20
SUATU hari, para ibu sedang asyik bersih-bersih di gereja. Ada yang menyapu dan mengepel lantai. Ada yang bersih-bersih bangku, kaca jendela dan alat-alat misa. Mereka asyik mengerjakan tugas.
Tiba-tiba koster di gereja itu naik ke mimbar. Ia pegang mike dan berteriak dengan suara lantang, “Pengumuman-pengumuman, ibu-ibu dan bapak-bapak. Mulai hari ini Romo X (dia menyebut nama salah satu romo yang bertugas di paroki itu), saya turunkan menjadi frater. Dia tidak pantas menjadi romo lagi. Sekian pengumuman, terimakasih.”
Sontak semua ibu berhenti melakukan aktivitasnya, terbelalak dan melongo. Mereka terkejut dengan polah koster, anak yang polos, pendiam dan lugu itu, tiba-tiba berani tampil di mimbar dan membuat pengumuman penuh tanda tanya.
“Ada apa bro?,” tanya seorang ibu.
“Kamu kok berani-beraninya menurunkan seorang romo? Kalau ada apa-apa kamu berbicara dulu bapak-bapak pengurus dewan, baru ke bapak uskup, jangan langsung diumumkan sendiri seperti ini.”
Rupanya dia sudah tidak tahan melihat perilaku seorang pastor yang tidak sesuai dengan janji tahbisannya.
Ia tinggal di pastoran dan tahu segala hal yang dilakukan pastor itu.
Tahun 2008 pastor itu akhirnya mundur.
Pasti bukan karena pengumuman koster itu, melainkan karena keputusan bapak uskup yang bijaksana.
Dalam Injil, Yesus mengajarkan bagaimana kita menasehati sesama saudara. Pertama, dibicarakan “empat mata”.
Kedua memanggil satu dua orang saksi, bukan untuk memojokkan tetapi untuk meyakinkan bahwa orang itu salah.
Baru kalau dia tidak mau mendengarkan, hal-nya bisa dibawa kepada jemaat. Dibicarakan bersama demi kebaikan semua orang.
Mungkin koster itu takut menegur pastornya. Seorang pastor kalau sudah berdiri di mimbar berkuasa penuh. Tidak ada yang berani menginterupsi.
Sayangnya, kadang mimbar dijadikan tempat untuk mengadili orang. Ada pastor yang marah-marah menggunakan mimbar.
Maka si koster ikut-ikutan pastornya. Ia langsung menurunkan pastornya dari mimbar.
Yesus mengajarkan kita menegur atau menasehati orang berdasarkan kasih persaudaraan.
Tidak untuk mempermalukan atau menjatuhkan, tetapi demi perkembangan pribadi yang bersangkutan.
Kalau tidak mau dinasehati ya biar umat menilai sendiri. “Becik ketitik, ala ketara.”
Pagi-pagi makan dua telur mata sapi.
Biar sehat dan kuat jasmani dan rohani.
Nasehati sesamamu dengan rendah hati.
Dengan harapan ada pertobatan dan perubahan diri.
Cawas, tidak boleh libur…