HIDUP akan sangat melelahkan, sia-sia dan menjemukan bila Anda hanya menguras pikiran untuk mengurus bungkusnya saja dan mengabaikan ISI-nya. Maka, bedakanlah apa itu “BUNGKUS”-nya dan apa itu “ISI”-nya.
“Rumah yang indah” hanya bungkusnya,
“Keluarga bahagia” itu isinya.
“Pesta pernikahan” hanya bungkusnya,
“Cinta kasih, Pengertian, dan Tanggung jawab” itu isinya.
“Ranjang mewah” hanya bungkusnya,
“Tidur nyenyak” itu isinya.
“Kekayaan” itu hanya bungkusnya,
“Hati yang gembira” itu isinya.
“Makan enak” hanya bungkusnya,
“Gizi, energi, dan sehat” itu isinya.
“Kecantikan dan Ketampanan” hanya bungkusnya,
“Kepribadian dan Hati” itu isinya.
“Bicara” itu hanya bungkusnya,
“Kenyataan” itu isinya.
“Buku” hanya bungkusnya;
“Pengetahuan” itu isinya.
“Jabatan” hanya bungkusnya,
“Pengabdian dan pelayanan” itu isinya.
“Pergi ke tempat ibadah” itu bungkusnya,
“Melakukan Ajaran Agama” itu isinya.
“Kharisma” hanya bungkusnya, “Karakter” itu isinya.
Utamakanlah isinya, namun rawatlah bungkusnya.
Murid-murid Yohanes dan kaum Farisi hanya melihat bungkusnya, saat bertanya kepada Yesus, “Mengapa kami dan orang-orang Farisi berpuasa, tetapi murid-muridMu tidak?”
Mereka mengabaikan isi atau inti berpuasa yang sesungguhnya. Puasa tidak sekedar tidak boleh makan ini atau itu.
Puasa adalah membuka hati untuk kehadiran Tuhan. Puasa adalah usaha kita mendekatkan diri pada Tuhan yang mengasihi kita.
Puasa bukan sekedar melakukan aturan, kewajiban agama. Puasa lalu jatuh pada ini melanggar aturan, itu tidak melanggar hukum.
Yesus meluruskan paham mereka.
Puasa itu dilakukan ketika mempelai (Yesus, Tuhan) tidak ada di hati mereka. Ketika kita menjauh dari Tuhan karena aneka “bisnis” dan urusan duniawi. Maka puasa berarti usaha mencari, mendekati dan mengalami kasih Tuhan. Ketika Sang Mempelai itu ada di tengah-tengah kita, kasih dan sukacita ada di dalam hati.
Saat itu kita tidak berpuasa. Tetapi ketika hati kita jauh dari Tuhan, kita butuh puasa untuk mendekatkan kembali kepadaNya.
Puisi Emha itu mengingatkan kita agar tidak terlalu fokus pada bungkus yang kelihatan, aturan-aturan, hukumnya saja tetapi memahami esensi atau isi yang sebenarnya. Kitapun mestinya memahami apa inti dan esensi dari puasa kita.
Cap Go Meh sudah lama tiba
Habislah lontong opor dan ketupat
Kalau kita berpantang dan berpuasa
Intinya adalah ajakan untuk bertobat
Berkah Dalem,