MARTA sibuk bekerja melayani seluruh tamu, sementara Maria duduk mendengarkan sabdaNya.
Perikop ini biasa ditafsirkan untuk membandingkan antara doa (ora) dan kerja tangan (labora). Keduanya sama-sama baiknya. Keduanya saling melengkapi. Memang nilai Kerajaan Allah lebih dari segala-galanya.
Timbul masalah ketika Marta merasa kuatir dan iri hati terhadap saudaranya karena dia duduk dekat kaki Yesus. Sikap kuatir dan iri hati membuat kerja yang sebetulnya baik lalu tidak ada artinya lagi.
Maka Yesus mengatakan, “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, padahal hanya satu saja yang perlu. Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang takkan diambil daripadanya”.
Sering saya alami. Ada keluarga mengundang misa di rumah. Semua anggota keluarga sibuk menyiapkan makanan yang akan disajikan, hidangan untuk tamu-tamu. Saking kawatir dan sibuknya mengurusi konsumsi malah tidak sempat ikut dalam Perayaan Ekaristi. Hanya mondar-mandir di dapur mengecek ini itu untuk menjamu tamu.
Kerja yang terlalu dominan sampai lupa doa ya kurang baik. Begitu juga terlalu banyak doa sampai lupa kerja juga tidak sempurna. Doa dan kerja adalah baik kalau ditempatkan dalam porsi yang seimbang.
Ada yang mengistilahkan “contemplatio in actione” yang berarti doa di dalam karya. Tugas atau karya-karya kita adalah perwujudan dari kedalaman doa kita. hal itu juga hampir mirip dengan istilah “tapa ngrame” yaitu bertapa atau berdoa di dalam keramaian. Tugas dan karya kita adalah wujud dari laku tapa atau doa itu sendiri.
Marilah kita menyeimbangkan antara doa dan karya agar kita bisa jernih mengetahui rencana Tuhan dan melaksanakannya dalam hidup kita.
Beli mangga di Gondangdia. Dikupas pakai pisau bermata dua. Walau kita sibuk bekerja. Jangan lupa selalu berdoa. Berkah Dalem.