DALAM Evangelii Gaudium, Paus Fransiskus mengajak para imamnya agar mau menjadi gembala yang berbau domba.
Gambaran gembala berbau domba itu dimaksudkan supaya para gembala mau terjun langsung, hidup bersama tanpa sekat dengan domba-dombanya.
Imam yang mengerti dan merasakan bagaimana penderitaan domba-dombanya. Gembala yang berbau domba berarti dia hidup sangat dekat dengan domba-dombanya.
Kalau ada gembala berbau parfum, kita bisa tahu dengan siapa dia bergaul.
Dalam Injil hari ini, Yesus mengajak diskusi murid-muridNya, “Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan, lalu pergi mencari yang sesat itu?”
Para murid diajak untuk berpikir, bagaimana sikap mereka jika mereka jadi gembala dan ada seekor domba yang tersesat hilang.
Yesus menunjukkan sikap BapaNya yang tidak menghendaki satu ekor pun dari domba-dombanya akan hilang. Ia akan mencari dan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan itu demi seekor domba yang tersesat.
Demikianlah sikap Bapa. Begitulah Yesus menghendaki kepada para imam agar berani mencari yang tersesat, sampai mereka harus berbau domba.
Yesus adalah Gembala yang baik. Maka ia berani mengorbankan nyawaNya demi keselamatan domba-dombaNya.
Dengan gambaran itu Yesus menghendaki agar para gembala tidak duduk manis di kandang. Tetapi pergi ke padang untuk hidup bersama dengan para dombanya.
Apabila ada domba yang lelah, kelaparan, sakit, kesulitan, para gembala siap untuk membantu mengulurkan tangan yang pertama.
Gembala diajak siap meninggalkan zona nyaman agar bisa menyentuh domba-domba yang terpisah jauh dari kawanan.
Semboyan Bapak Uskup kita, Mgr. Robertus sangat jelas menggambarkan gembala yang siap mencari domba-dombanya. “Querere et Salvum Facere.”
Mencari dan Menyelamatkan. Para imam yang adalah pembantu uskup harus berjalan seiringan dengan pemimpinnya untuk mencari dan menyelamatkan.
Apakah semua pelayanan pastoral kita terarah untuk mencari dan menyelamatkan domba-domba yang tersesat?
Ataukah kita sibuk sendiri dengan macam-macam aturan, prosedur, administrasi, dan segala hal tetek bengek yang malah menghambat bagi penyelamatan jiwa-jiwa?
Marilah kita semua bertanya, apakah kita ini gembala berbau domba atau gembala berbau parfum wangi-wangian?
Di dompet tinggal ada kartu kredit
Akhir tahun kebutuhan sudah menghadang
Janganlah kita terlalu pelit
Untuk menyelamatkan domba yang hilang
Cawas, menunggu gaji ketigabelas