![Kolekte dalam sebuah misa bersama Mgr. Aloysius Murwito OFM di Stasi Sagare, tujuh jam perjalanan naik speedboat dari Asmat. (Mathias Hairyadi)](https://www.sesawi.net/wp-content/uploads/2018/03/Kolekte-dalam-sebuah-misa-bersama-Mgr.-Aloysius-Murwito-OFM-di-Stasi-Sagare-tujuh-jam-perjalanan-naik-speedboat-dari-Asmat-696x464.jpg)
SUATU kali ada kebaktian di gereja. Pada waktu persembahan semua orang maju untuk memasukkan uang ke kotak persembahan. Ada seorang ibu yang lupa membawa dompet. Ia tetap duduk di bangkunya.
Sang pemimpin berkata: “Semoga anda yang maju dilimpahi berkat melimpah oleh Tuhan”.
Ibu yang hanya duduk di bangkunya merasa malu tertunduk. Sejak saat itu, ia tak pernah datang di gereja itu.
Hari ini Yesus memperhatikan orang-orang yang memasukkan uang ke kotak persembahan. Ia melihat orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu ada janda miskin memasukkan dua peser yaitu satu duit.
Uang itu adalah nafkahnya seharian. Sementara orang-orang kaya itu memberikan kelebihannya. Walaupun banyak tetapi tidak terasa karena itu adalah kelebihannya. Sedang janda itu mempersembahkan semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.
Yang dilihat bukan banyaknya tetapi kerelaan dan ketulusan si janda mengorbankan miliknya. Ahli-ahli Taurat dan orang Farisi berbuat sesuatu supaya dilihat dan dipuji orang. Di awal Yesus mengingatkan supaya kita waspada terhadap mereka yang suka menerima penghormatan, duduk di tempat terdepan, doanya panjang-panjang.
Berbuat baik bukan bertujuan supaya dilihat dan dipuji, tetapi tulus hanya ingin memberi seperti janda itu. Yesus membandingkan tindakan janda miskin itu dengan ahli-ahli Taurat yang tidak terpuji. Memberi dengan tulus walau “sedikit” akan lebih banyak pahalanya daripada “banyak” namun hati tiada ikhlas. Semoga janda miskin itu menyadarkan kita.