Lukas 17:1-6
ORANG Jawa suka berbohong. Itu menjadi salah satu pembicaraan dalam Konggres Kebudayaan (Javaansche Cultuur Conggres) di Solo tahun 1918.
Tetapi stereotype itu dibantah justru bukan oleh orang Jawa, melainkan oleh Pastor van Lith SJ.
Dia adalah orang Belanda yang ahli bahasa dan filsafat Jawa. “Orang Jawa bukan suka berbohong, melainkan tidak suka berterus terang karena tidak ingin menyakiti hati orang.”
Orang Barat tidak dapat menyelami tabiat orang Jawa dalam pergaulan masyarakat. Anak-anak Barat dididik ajaran ‘Lieg Niet’ artinya jangan berbohong. Anak Jawa sejak kecil didoktrin ‘Grief Niet’ artinya jangan menyakiti hati orang.
Misalnya, orang Jawa tidak akan berkata langsung menohok, “Baumu kecut sekali, jangan dekat-dekat saya. Tetapi dia akan berkata, “Sebaiknya kamu minum air kencur atau mengoleskan kapur sirih di badanmu. Ramuan itu bisa membuatmu lebih segar.”
Pada dasarnya manusia selalu tidak senang mendengar dari orang lain tentang kekurangan atau keburukannya. Tapi bila dikatakan dengan cara yang tidak menyakiti hati, maka saran yang baik akan diterima dengan rasa terimakasih.”
Itulah penilaian Romo van Lith tentang orang Jawa. Penilaian itu pasti didasari oleh iman keyakinan bahwa orang Jawa itu baik, halus dan menjaga perasaan orang lain.
Dengan keyakinan itu Romo van Lith masuk ke jantung kehidupan orang Jawa. Maka ia berhasil mengubah stereotype buruk itu menjadi positif dengan pendidikan. Lewat karya pendidikan, van Lith membuat orang Jawa menjadi manusia merdeka dan bermartabat.
Bacaan Injil hari ini menyatakan bahwa kalau kita memiliki iman sebesar biji sesawi saja, kita bisa memindahkan pohon ara untuk tertanam di laut.
Yesus berkata, “Jika kalian memiliki iman sebesar biji sesawi, kalian dapat berkata kepada pohon ara ini, “Tercabutlah dan tertanamlah di dalam laut”, maka pohon itu akan menurut perintahmu,”
Romo van Lith mempunyai iman kepada Yesus. Dengan imannya Ia bisa mengubah paham yang negatif yang tercetak di dalam diri orang Jawa, menjadi positif yang memberi perspektif dan harapan baru bagi orang Jawa sendiri.
Sekarang ini Jokowi berjuang membangun revolusi mental. Mental kita yang buruk harus diubah menjadi baik. Maka dibutuhkan iman keyakinan yang kuat untuk mengubah mental itu.
Jika tidak ada iman, tidak mungkinlah ada perubahan, apalagi perubahan mental.
Buah mangga di samping rambutan
Belum masak sudah dimakan
Revolusi mental harus didasari iman
Tanpa itu tidak akan ada perubahan
Cawas, seperti kodok menanti hujan