GEREJA pada Minggu Paskah ke VII ini merayakan Hari Minggu Komunikasi Sosial. Tema Hari Minggu Komsos ini “Kebenaran akan memerdekakan kamu”.
Di media sosial sekarang banyak berita palsu (hoax) yang dipakai orang untuk memecahbelah, menimbulkan kebencian, dan mengacaukan kesatuan demi tujuan pragmatis sesaat.
Paus mengajak kita punya komitmen bersama untuk membendung penyebaran berita palsu, serta mengangkat keluhuran martabat jurnalisme dan tanggungjawab pribadi jurnalis untuk menyampaikan kebenaran.
Kita sendiri perlu waspada setiap kali menerima berita. Kita harus bisa saring apakah berita itu benar atau palsu.
Berita palsu menggunakan “taktik ular yang licik”. Seolah-olah berita/kabar itu benar, padahal keliru dan menyesatkan. Kalau kita ‘menggoreng’-nya, maka hancurlah hidup kita.
Seorang pastor digosipkan macam-macam oleh seorang ibu. Berita itu menjadi heboh dan berkembang liar. Pastor mengajak ibu itu naik ke loteng yang tinggi dengan membawa bantal dan silet. Ia membuka jendela dan menyuruh ibu itu merobek bantal dengan silet sampai kapuk dalam bantal itu keluar beterbangan dibawa angin ke segala penjuru.
- Pastor itu lalu bertanya: “Apakah ibu bisa mengumpulkan kembali kapuk-kapuk itu lagi?”.
- Ibu itu menjawab, “Tidak mungkin pastor”.
Itulah gosip, berita palsu yang sudah telanjur disebarkan tak mungkin ditarik kembali. Jangan sekali-kali menyebarkan berita palsu.
Dalam Surat Yohanes ditulis, “kami telah melihat dan bersaksi”.
Melihat dengan mata kepala sendiri atau Mendengar dengan kedua telinga jangan cuma satu telinga saja itu adalah syarat menjadi saksi pewarta yang benar.
Jangan hanya “katanya” atau “kira-kira”.
Akhirnya Pastor itu mengampuni si ibu dan berkata, “Pergilah dengan damai dan jangan berbuat dosa lagi”.
Dalam Minggu Komunikasi Sosial ini kita diingatkan untuk cerdas dan bijaksana bermedia sosial. Mari kita mengendalikan jari-jari kita untuk tidak mudah berbagi berita palsu.
Ingat sekarang “dunia dalam genggamanmu”.
Selamat merenung selamat berhari minggu. Tuhan memberkati.