Puncta 14.02.24
Rabu Abu, Hari Pantang dan Puasa
Matius 6: 1-6.16-18
PADA masa kampanye kemarin banyak orang meributkan pemberian bantuan sosial (bansos) yang dilakukan Presiden di depan Istana Bogor dan di tempat-tempat lain di wilayah Jawa Tengah. Bantuan sembako itu dipertanyakan banyak orang, karena diberikan saat masa kampanye.
Orang menilai miring karena semua dilakukan sendiri oleh Presiden. Bukankah biasanya dilakukan oleh Menteri Sosial? Apa gunanya ada Menteri Sosial.
Jadi orang bertanya-tanya ada maksud apa di balik pemberian bansos yang nilainya trilyunan itu? Membantu atau memberi itu bukan untuk kepentingan diri sendiri.
Memberi bantuan itu adalah tindakan yang sangat mulia. Tetapi kalau dibaliknya ada motif-motif tertentu, maka kemuliaannya malah menjadi luntur.
Misalnya, hari-hari ini ada tulisan di depan pagar rumah orang; “Tidak menerima serangan fajar. Tapi kalau maksa, silahkan ditaruh di bawah kesed.”
“Serangan fajar” itu bukan bantuan, tetapi sogokan, suap. Orang membagi uang agar terpilih jadi anggota dewan.
Masyarakat sudah cerdas dan tahu motif-motif busuk dibalik pemberian itu. Pemberian bantuan yang tidak didasari pada kasih hanya akan merendahkan nilai pemberian itu.
Hari ini adalah hari puasa bagi umat Katolik di seluruh dunia. Hari ini kita mengawali masa puasa empat puluh hari.
Kita diingatkan oleh Yesus apa makna pertobatan. Puasa adalah salah satu kewajiban dalam agama.
Yesus mengingatkan, “Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat. Karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga.”
Kewajiban agama itu antara lain memberi sedekah, berdoa dan berpuasa. Yesus menegaskan kembali, ”Apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong supaya dipuji orang.”
Begitu pula kalau berdoa dan berpuasa, janganlah dipamer-pamerkan di tempat-tempat umum seperti orang-orang munafik.
Mereka hanya ingin dilihat dan dipuji orang. Mereka hanya ingin dianggap sebagai orang saleh, dermawan, baik hati dan suci.
Kalau berdoa, pergilah ke tempat yang tersembunyi. Masuklah kamar dan tutuplah pintu. Bapa yang di surga tahu dan akan mendengarkan doamu.
Kalau berpuasa, jangan “memelas” mukamu seperti orang munafik, tetapi cucilah mukamu dan minyakilah kepalamu, agar orang tidak tahu kalau sedang berpuasa.
Kita melakukan puasa, doa dan sedekah bukan untuk dipuji, tetapi demi memuliakan Allah dan menyucikan diri lahir dan batin. Mari kita berpuasa, memberi sedekah dan berdoa dengan benar. Jangan dicemari dengan motif-motif egoisme pribadi.
Naik perahu ke Pantai Klayar,
Ke timur sedikit sampai Blitar.
Hari ini kita memilih yang benar,
Bukan memilih orang yang bayar.
Cawas, mari kita berpuasa
Rm. A.Joko Purwanto, Pr