KETIKA Sri Kresna menjadi duta Pandawa untuk minta Kerajaan Astina dikembalikan kepada yang berhak yakni para Pandawa, dia justru dihina, dicemooh dan ditolak mentah-mentah oleh Duryudana.
Maka Kresna memastikan Perang Bharatayuda akan pecah.
Dalam perang itu ada tiga hal akan dipenuhi: “Wong nandur bakal ngundhuh, wong nyilih kudu mbalekake, wong utang kudu nglunasi”. Siapa menanam akan menuai. Siapa meminjam harus mengembalikan. Siapa berhutang harus melunasi.
Kisah Mahabharata menggambarkan berlakunya hukum karma. Untuk memutus rantai balas dendam itu beberapa ajaran agama menuliskan perintah moral.
Ajaran Konfusianisme: “Jangan lakukan kepada orang lain apa yang kamu tidak inginkan mereka lakukan kepadamu” (Analek 15:23).
Ajaran Hindu: “Inilah ikhtisar dari kewajiban: jangan lakukan kepada orang lain apa yang menyebabkan rasa sakit jika dilakukan kepadamu” (Mahabharata 5:1517).
Ajaran Sang Buddha: “Jangan sakiti orang lain dengan cara-cara yang juga akan menyakiti dirimu” (Udanavarga 5:18).
Dalam tradisi Perjanjian Lama (1450 SM), Kitab Imamat telah menuliskan: “Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.” (Imamat 19.18).
Yesus mengutip tradisi Kitab Taurat ini, namun memperbaharuiNya dengan ungkapan positif.
“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi”. Hukum Taurat disebut hukum perak karena isinya masih berupa larangan-larangan negatif.
Pada dasarnya manusia ingin dihargai, dihormati, dicintai. Yesus menggunakan keinginan ini untuk mengajarkan kesucian hidup. Jika kamu ingin dihargai oleh orang lain, hargailah dia. Jika ingin dicintai, cintailah. Jika ingin dihormati, hormatilah.
Kalau yang lain melarang dengan kata “jangan lakukan…” Yesus lebih aktif menekankan “Perbuatlah demikian juga kepada mereka!”.
Cintailah maka kamu akan dicintai. Hormatilah maka kamu akan dihormati. Itulah The Golden Rule, Hukum Emas karena isinya ajakan aktif-positif untuk melakukan kebajikan jalan menuju keselamatan kita.
Yesus meringkaskan “hukum emas” ini dalam dua kutub:
- yang pertama mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati dan
- yang kedua mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri.
Inilah nilai tertinggi ajaran iman Kristiani dan sekaligus ciri khas ajaran Yesus. Nilai inilah yang membedakan dengan nilai-nilai lainnya.
Lagu ini pantas kita nyanyikan, “Ajarilah kami Tuhan bahasa cintakasih”
Menanam sawo kecik tumbuh rambutan.
Rambutan berbuah bertandan-tandan.
Bagaimana bisa mengasihi yang tak kelihatan,
kalau tak mampu mengasihi yang kelihatan.
Berkah Dalem,