Pesta Pemuliaan Salib Suci
Yohanes 3:13-17
BEBERAPA kasus perusakan salib di pemakaman umum pernah terjadi di Solo, Jogjakarta, dan Magelang beberapa tahun silam. Salib-salib yang terpasang di atas makam dicopot, dirusak dan dihancurkan.
Banyak orang mengalami ketakutan melihat salib. Bahkan melihat kayu untuk gantungan baju yang berbentuk palangnya saja sudah diasosiasikan sebagai salib.
Dulu di Solo ada beberapa elemen warga memprotes pengecatan jalan di titik nol depan Balaikota yang diduga menyerupai salib.
Pemda Solo sudah menjelaskan bahwa itu bukan gambar salib. Menurut desainernya itu adalah mosaik delapan mata angin. Tetapi karena ketakutan warga, yang apa-apa dihubungkan dengan salib membuat gambar yang indah itu harus diubah.
Cara pandang kita sebagai manusia, hanya melihat sisi luar atau apa yang kelihatan saja. Salib bagi kebanyakan orang adalah tanda penderitaan.
Dan seumumnya kita semua takut pada penderitaan. Kalau bisa kita sedapat mungkin menghindari penderitaan.
Tetapi cara pandang Allah berbeda. Melalui salib Allah menunjukkan kasih-Nya kepada manusia. Inilah sikap Allah sebagaimana dikatakan Yesus kepada Nikodemus:
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.”
Salib adalah kasih Allah yang paling nyata. Ia mengasihi manusia sampai mengorbankan Anak-Nya yang tunggal bagi keselamatan kita.
Inilah inti pewartaan Salib bagi dunia, bukan soal penderitaan-Nya tetapi kasih-Nya begitu besar kepada kita para pendosa.
Hari ini kita peringati Salib Suci yang ditemukan oleh St. Helena di Golgota.
Salib ini adalah tempat Yesus dimuliakan sebagaimana Musa meninggikan ular di padang gurun dan mereka selamat. Dengan salib Yesus ini kita juga diselamatkan.
Sekuntum bunga mawar merah,
Tumbuh semerbak di depan rumah.
Salib suci tanda kasih Allah,
Hidup kita jadi semakin cerah.
Wonogiri, aku bangga dengan salib Tuhan
Rm. A. Joko Purwanto, Pr