MARIA Dolorosa atau Maria berdukacita mengapa kita rayakan? Bukankah yang kita pestakan semestinya peristiwa-peristiwa yang membahagiakan?
Ada 7 dukacita Maria yang dicatat dalam Kitab Suci. Namun senyatanya seluruh hidup Maria diliputi dukacita.
- Simeon meramalkan dukacita Maria.
- Mengungsi ke Mesir.
- Yesus hilang di Bait Suci.
- Berjumpa Yesus di jalan salibNya.
- Yesus wafat di kayu salib.
- Pieta, Maria memangku jenasah Yesus yang diturunkan dari salib.
- Yesus dimakamkan.
Dengan merenungkan penderitaan Maria kita diingatkan bahwa hidup itu seperti dua sisi dalam sekeping mata uang. Ada sisi bahagia tetapi ada juga sisi dukacita. Kalau kita mau menerima sisi bahagia kenapa kita tidak mau menerima sisi dukacitanya?
Seperti Maria yang disebut oleh segala bangsa sebagai Yang Berbahagia, ia setia juga dalam mengemban dukacitanya. Kesetiaannya mengikuti Yesus sampai akhir itulah yang menjadikannya teladan kaum beriman.
Ketika Yesus menyerahkan Yohanes ganti diriNya, “Ibu, inilah anakmu!” Yohanes mewakili kita semua yang diserahkan kepada pendampingan Maria. Kita juga adalah anak-anak Maria. Sebagaimana Maria menemani Yesus, demikianpun kita ditemani sampai akhir hayat.
Mari kita hayati dan renungkan lagu ini.
Ndherek Dewi Maria temtu geng kang manah. Boten yen kuwatosa ibu njangkung tansah. Kanjeng Ratu ing swarga amba sumarah samya. Sang Dewi. Sang dewi mangestonana 2x.
Nyanyikan dalam keheningan, anda akan merinding bahkan meneteskan airmata, betapa Ibu Maria mengasihi kita seperti dia mengasihi Yesus putranya. Kasih ibu sepanjang jalan. Kasih anak sepanjang galah. Berkah Dalem.