DALAM banyak tradisi, angka 7 mempunyai aneka makna. Menurut cerita, angka 7 telah mempesona sejak zaman dahulu kala.
Di China, angka 7 dihubungkan dengan kehidupan gadis, di mana gadis mempunyai gigi susu pada usia 7 bulan dan tanggal pada usia 7 tahun, dalam 2×7 tahun “roda yin” membuka, ketika ia mencapai masa puber, dan pada 7×7=49 datanglah masa menopause bagi para wanita.
Pada abad ke -14, sejarawan Mesir mengatakan bahwa orang orang Kristen di Mesir (Koptik) merayakan 7 pesta besar dan 7 pesta kecil di gereja mereka. Di mana pesta yang dilangsungkan adalah 7 untuk pesta kesenangan dan 7 untuk pesta kesedihan Maria yang selaras dengan irama heptadik. Oleh karena itu dalam musik renaisans terdapat sejumlah lagu dengan 7 suara, yang biasanya dipersembahkan kepada Perawan Maria atau berkaitan dengan 7 pahala Roh Kudus.
Banyak hal di dunia ini yang identik dengan angka 7.
Seperti 7 warna pelangi, ada 7 hari dalam seminggu, 7 skala musik, hingga 7 samudera. Bahkan, banyak pemain bola ternama yang mengenakan angka 7 pada jersey mereka.
Sebut saja Ronaldo dan David Beckham.
Dalam Gereja Katolik, 7 dihubungkan dengan jumlah sakramen. Puncak dari seluruh sakramen itu adalah Ekaristi.
Dalam Injil hari ini, Yesus mengambil 7 roti dan mengucap syukur lalu memecah-mecahkan dan memberikannya kepada para murid untuk dibagikan.
Itulah Ekaristi.
Ekaristi yang kita rayakan setiap hari adalah pengenangan akan wafat dan kebangkitan Kristus. Ia memberikan Tubuh dan DarahNya untuk keselamatan kita. Semoga Ekaristi membuat kita kenyang secara rohani.
Kenyang rohani berarti mengalami damai bersama Kristus dan berani hidup mengikutiNya. Berani berbagi dan dipecah-pecah bagi keselamatan sesama.
Angka 7 itu berarti “pitu” (Jawa) yang artinya “pitulungan” atau pertolongan.
Seperti halnya para murid diajak menolong membagi buah-buah Ekaristi, kita pun dipanggil juga ikut terlibat memberi pertolongan kepada sesama kita.
Buah Ekaristi yang sudah kita terima harus dibagikan kepada orang lain. Maka pada akhir Ekaristi, imam berkata, “Pergilah kamu diutus”.
Diutus untu apa?
Untuk mewartakan kebaikan Tuhan. Tuhan yang mengasihi tanpa batas, Tuhan yang memberikan diriNya dengan wafat di salib, Tuhan yang telah menyelamatkan kita, itulah yang kita wartakan.
Hidup baik, penuh kasih, saling menolong, rukun bertetangga dengan orang lain itulah isi dari perutusan kita.
Nomor tujuh angkanya Ronaldo
Sekarang main di Klub Juventus
Jangan bingung kayak orang bodo
Jadi orang Katolik harus siap diutus