KEDATANGAN Anak Manusia ditandai oleh dua peristiwa yakni Peristiwa Nuh dan Peristiwa Sodom dan Gomora.
Peristiwa Nuh menunjukkan sikap orang yang percaya. Nuh diperintah Allah membuat bahtera yang besar di darat. Nuh melakukan perintah Tuhan itu walaupun dicemooh, diejek, dianggap gila oleh orang-orang di zamannya. Untuk apa bikin bahtera besar seperti itu, pekerjaan yang sia-sia. Begitulah nyinyir orang-orang sekitarnya. Namun Nuh tetap percaya dan menyelesaikannya.
Pada zaman Lot, orang-orang pesta pora, makan minum mabuk, berfoya-foya tanpa memikirkan ajaran Tuhan.
Kata “sodomi” atau dalam istilah psikology “sadomasochisme” atau perilaku sex menyimpang berasal dari kasus di kota Sodom ini. Saking bejatnya perilaku mereka sampai terjadi hal-hal buruk itu. Maka mereka dibinasakan oleh Tuhan dengan mendatangkan hujan api dan belerang.
Begitulah nasib orang-orang yang “eman” atau sayang pada nyawanya, memelihara nyawanya dengan pesta pora kemabukan dan mengejar nafsu duniawi justru akan kehilangan nyawanya.
Barangsiapa tidak menyayangkan nyawanya dan mau berkorban demi mengejar hal-hal yang luhur akan memperoleh hidupnya. Seperti Nuh dan Lot mereka selamat karena tidak menyayangkan nyawanya. Mereka berani melawan arus masyarakat yang hanya memikirkan hal-hal duniawi semata.
Yesus bersabda, “Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya”.
Kita serahkan nyawa atau hidup kita kepada Allah. Biarlah Allah yang mengaturNya. Yang penting kita tetap percaya dan melaksanakan perintahNya.
Kancing baju dari emas. Dijahit dengan benang sutera. Nafsu duniawi mari kita lepas. Agar memperoleh harta di surga. Berkah Dalem.