Puncta 17.02.19 Minggu Biasa VI, Yeremia 17:5-8, Lukas 6:17.20-26: Pindapatta

0
609 views
Memberi amal untuk para bikkhu di sebuah jalan di Kamboja by Mathias Hariyadi

DALAM tradisi Buddhisme, ada upacara pindapatta, yakni  sejumlah bhikkhu berjalan tertunduk membawa patta (mangkok makanan) untuk menerima derma dari umat demi kelangsungan hidup mereka.

Ini bukan meminta-minta. Para bhikkhu tidak boleh mengucapkan kata minta. Mereka berjalan tertunduk. Umatlah yang memberi.

Bagi umat Buddhis, pindapatta ini merupakan ladang subur untuk menanam jasa kebajikan, sebab berdana kepada mereka yang menjalani kehidupan suci adalah berkah yang besar.

Bagi para Bhikkhu/ Bhikkhuni sendiri, pindapatta ini merupakan cara untuk melatih diri hidup sederhana/ prihatin, belajar menghargai pemberian orang lain, dan melatih Sati (perhatian/kesadaran murni), belajar tergantung pada Tuhan, serta merenungkan bahwa fungsi utama makanan adalah untuk memenuhi kebutuhan badan jasmani agar tidak cepat sakit dan lapuk, bukan untuk kesenangan dan mencari kenikmatan.

Hal yang hampir mirip dilakukan oleh St. Ignatius Loyola dengan cara peregrinasi. Peziarahan tanpa bekal dan teman menuju Yerusalem untuk silih atas dosa.

Dari peregrinasi ini muncul keutamaan; kerendahan hati, kesabaran, lepas bebas, ugahari dan kepekaan-kepekaan rasa yang semakin mendekatkan diri pada Allah Penolong Utama.

Renungan Minggu ini berbicara tentang Sabda Bahagia.

Yesus langsung berkata, “Berbahagialah hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah”.

Miskin yang bagaimana? Miskin di hadapan Allah adalah suatu sikap hanya mengandalkan Allah. Ia bukan siapa-siapa, tidak memiliki apa-apa. Orang yang tidak layak di hadapan Tuhan. Dia sangat membutuhkan pertolongan Tuhan saja.

Orang miskin adalah orang yang hidup dari sedekah. Ia tergantung dari si pemberi. Ia juga menyadari tidak punya apa-apa dan tidak pantas menerima pertolongan.

Ketika orang tidak punya apa-apa, sedikit bantuan akan sangat berarti bagi hidupnya. Hanya mengandalkan kebaikan Tuhan itulah sikap hidup orang miskin. Orang miskin sangat dekat dengan Kerajaan surga. Maka Yesus langsung menyambung, “karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.”

Orang yang bukan siapa-siapa tetapi boleh menerima kebaikan Tuhan, yang ada hanyalah rasa syukur, damai tentram bahagia. Tidak punya apa-apa menjadi memiliki segalanya karena Tuhan.

Menjadi miskin bukan soal tidak punya ini atau itu. Miskin itu adalah sikap oleh batin. Sikap orang yang hanya mengandalkan Tuhan sebagai penolong utama. Miskin melahirkan sikap syukur. Apa yang dipunyai melulu karena pemberian Tuhan. Semua ada karena kemurahan Tuhan semata. Miskin bukan berarti tidak memiliki harta. Orang kaya pun bisa berhati miskin kalau harta bukan segalanya dibanding dengan kasih Tuhan. Miskin itu adalah sebuah sikap tak berarti apa-apa di hadapan Tuhan dan hanya mengandalkan Tuhan saja. Itulah yang dimaksud Yesus dengan, “Berbahagialah kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah”

Malam-malam nonton film Marry Popkin
Ketemu penyanyi cantik Lady Gaga
Kalau kita berani hidup miskin
Hanya Allah saja jadi penolong kita

Berkah Dalem,

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here