“ZiZOU” datang lagi.
Itulah sebutan Zinedine Zidane sang pelatih Real Madrid untuk periode keduanya. Akhir-akhir ini hasil pertandingan “El Real” tidak begitu memuaskan. Tersingkir dari piala Champions, terseok-seok di La Liga dan Copa del Rey hilang.
Periode pertama kepelatihan Zizou menghasilkan buah manis, merajai Eropa selama tiga musim berturut-turut, gelar La liga, gelar piala Super Spanyol, gelar Piala Super Eropa dan dua piala Dunia antar klub dalam kurun dua setengah musim.
Kedatangan pelatih yang mampu memberi harapan dan semangat akan menentukan keberhasilan sebuah tim. Itu ditandai dengan kemenangan El Real melawan Celta Vigo Sabtu kemarin di Stadion Santiago Bernabeu.
Zizou adalah bapak bagi para pemain. Kata-katanya memberi semangat dan rasa nyaman di ruang ganti. Mereka merasa dihargai dan dipacu memberi kontribusi positif bagi tim. Itulah karisma seorang pelatih di belakang layar.
Hari ini Gereja merayakan pesta Santo Yusuf, suami Maria.
Dalam Injil Lukas yang kita baca hari ini, posisi Yusuf ditempatkan di belakang Maria. Ada dua kalimat menyebutkan itu: “Kembalilah Maria dan Yusuf ke Yerusalem” dan “Ketika Maria dan Yusuf melihat Dia”.
Padahal dalam tradisi Yahudi peran bapak sangat kuat. Kaum laki-laki diperhitungkan sedangkan perempuan tidak.
Waktu Yesus menggandakan roti untuk 5000 orang, yang dihitung kaum laki-laki, perempuan dan anak-anak tidak.
Dalam Injil Lukas ini justru sebaliknya. Mengapa?
Lukas mau menempatkan Maria sebagai pengantara rahmat. Yusuf berperan di balik layar. Yusuf seperti pelatih sepakbola. Para pemain mengangkat piala. Sang pelatih berdiri di pinggir lapangan dengan gembira.
Yusuf seperti halnya Yohanes Pembaptis berprinsip, “Biarlah Dia makin besar, aku mekin kecil”.
Biarlah Maria dan Yesus lebih menonjol. Inilah sikap rendah hati tanpa pamrih.
Dalam banyak tulisan Injil, Yusuf digambarkan sebagai pribadi yang taat, patuh dan setia. Ia segera melakukan apa yang diperintahkan Tuhan.
Tanpa menunda atau mengulur-ulurnya. “Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan”.
Pada masa Prapaskah ini, marilah meneladan semangat Santo Yusuf, agar kita sujud merendahkan diri di hadapan Tuhan.
Belajar mengutamakan kehendak Allah dalam menjalani kehidupan kita.
Mendengar gendang bertalu-talu
Tak kuasa raga ingin menari-nari
Santo Yusuf jadi teladan di kalbu
Agar kita bisa setia dan rendah hati
Berkah Dalem.