KAUM Farisi mengritik murid-murid Yesus karena memetik bulir gandum dan memakannya pada hari Sabat.
Ada 39 larangan pada hari Sabat antara lain menabur, membajak, menuai, memetik gandum, mengirik, menampi, menyalakan api, dll.
Sabat adalah hari istirahat. Hari itu adalah hari istimewa karena karunia Allah.
Allah memberi peraturan yang baik. Setelah enam hari bekerja, Allah memberi satu hari istirahat. Karunia ini lalu diputarbalikan oleh orang-orang Farisi dengan aturan-aturan yang membebani orang. Bahkan larangan-larangan itu masih dirinci menjadi 613 perintah.
Hal ini menjadi kontradiktif. Yang seharusnya hari Sabat sebagai hari bebas namun justru menjadi beban berat karena macam-macam larangan.
Yesus mau mengembalikan makna Sabat. Yesus menunjuk imam-imam justru bekerja melayani Tuhan pada hari Sabat di Bait Allah tetapi tidak disalahkan? Tekanan Yesus justru pada tindakan belaskasih bukan pelaksanaan hukum yang kaku.
Hukum kasih lebih tinggi daripada hukum Taurat. Yesus membawa hukum kasih itu. Maka Dia mengatakan, “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat”.
Yesus mengambil gelar Anak Manusia untuk diri-Nya yang berkuasa atas waktu juga hari Sabat. Maka kita diminta tunduk menyembah Yesus yang adalah Tuan atas waktu, daripada menyembah aturan yang dibuat manusia.
Orang yang mengasihi pasti taat aturan, tetapi orang yang taat aturan belum tentu mengasihi. Marilah kita memahami sabda Yesus, “Yang Kukehendaki adalah belaskasihan”.
Pawai obor api Asian Game sudah sampai mana ya? Mau ikut lari. Tetap semangat Indonesiaku. Berkah Dalem.