DAHULU kala hiduplah seorang pangeran dari Jenggala bernama Panji Inu Kertapati. Ia mempunyai kekasih bernama Galuh Candra Kirana, puteri Kerajaan Panjalu. Namun Galuh diusir oleh ibu tirinya yang akan menjodohkan anaknya dengan Panji Inu Kertapati.
Pangeran itu kemudian pergi mencari kekasihnya dengan menyamar menjadi petani di gunung. Galuh menjadi perawan desa yang cantik jelita. Ia terkesima dengan hasil bumi sang pemuda desa itu. Ia datang ke rumah pemuda yang bernama “Enthit” dan bertanya, “Entheeiittt sing nandur timun gedhi-gedhi kuwi sapaaaa Enthiiit”.
Si Enthit atau Panji menjawab, “Sing nandur aku ya nduk ya. Peken kabeh ya nduk ya. Angger dijoli.”
Singkat kata kedua kekasih itu bertemu kembali dan menjadi keluarga bahagia.
Santo Yakobus berkata,”Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan dan Ia akan meninggikan kamu”.
Kita diajak menghormati dan menghargai orang lain. Hormat terhadap sesama membuat kita juga dihargai. Kita diundang untuk mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan sendiri.
Panji Inu Kertapati merendahkan dirinya menjadi rakyat biasa dan Galuh melihat kualitas pribadi Si Enthit itu dari hasil karyanya yang hebat. Marilah kita pertama-tama menghargai sesama, mendahulukan orang lain, maka orang juga akan menghargai kualitas hidup kita. Selamat merenungkan. Sampai esok pagi di perjamuan-Nya.
Berkah Dalem.