Lukas 12:49-53
KALAU orang tidak mempunyai api akan mengalami kesulitan. Ia tidak bisa masak memasak. Api juga bisa menjadi pelita yang menerangi di malam yang gelap. Kalau sedang musim dingin, api digunakan untuk memberi kehangatan.
Waktu masih kecil, kami sering berkumpul di sekitar “keren” atau tungku untuk menghangatkan badan di kala dingin. Sambil membakar ubi yang dibenamkan di dalam bara api, kami ngobrol penuh kehangatan. Kalau ubi sudah mulai “gosong-gosong” kami cungkil-cungkil dan dikupas sambil ditiup-tiup karena panas.
“Mas, pinjam korek apinya.” Teman yang lupa tidak membawa korek api tidak bisa menyalakan rokoknya. Hidup jadi kurang nikmat.
Api yang kecil bisa sangat bermanfaat dan dibutuhkan oleh orang banyak. Tetapi kalau api yang besar bisa membahayakan. Ia bisa membakar dan menghancurkan kompleks perumahan. Api besar yang tak terkendali bisa membakar hutan yang luas. Kadang hanya karena kecerobohan orang membuang puntung rokok sembarangan, bisa menghanguskan ribuan hektar lahan.
Kami pernah melewati daerah Pelang – Indotani menuju Tembelina, ratusan hektar lahan terbakar – apa sengaja dibakar ya? Asap tebal menyesakkan dada dan menghalangi pandangan. Mata terasa pedas. Jelas tidak sehat untuk pernafasan. Panasnya menyengat terasa sekali di kulit. Api yang sangat besar itu tak mudah dikendalikan dan sangat berbahaya. Bisa menghancurkan semuanya.
Maka ada nasehat, “Jangan suka bermain api.”
Tuhan Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, “Aku datang melemparkan api ke bumi, dan betapa Kudambakan agar api itu selalu menyala. Aku harus menerima baptisan dan betapa susah hati-Ku sebelum hal itu berlangsung.”
Api itu lambang daya kekuatan yang terus menyala dan mengobarkan. Baptisan adalah pengangkatan Yesus sebagai Anak Allah. Ketika Yesus dibaptis, terdengarlah suara dari langit, “Engkaulah Anak-ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” Puncak baptisan Yesus adalah salib-Nya. Dengan salib,Ia diangkat secara sempurna sebagai Anak Allah.
Kehadiran Yesus yang membawa api, daya kekuatan Roh Kudus memang menimbulkan pertentangan. Bagi mereka yang berada di bawah kuasa gelap, api Yesus adalah ancaman. Kuasa kegelapan akan melawan terang api. Tetapi bagi mereka yang hidup jujur, bersih, suci, api adalah daya yang memberi semangat hidup. Apakah kita mau memilih hidup di bawah kuasa kegelapan atau mengikuti kuasa terang yakni Yesus sendiri?
Pilihan itu akan menimbulkan pertentangan. Itulah konsekwensi mengikuti Yesus.
Punya mimpi pada suatu hari.
Bisa ziarah ke Tanah Suci.
Yesus datang membawa api.
Agar kita selamat sampai akherat nanti.
Cawas, pesanan puncta terus mengalir….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr