AHLI Taurat dan orang Farisi berkata kepada Yesus, “Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu”.
Kesetiaan akan cinta yang tulus tidak menuntut tanda. Hal itu justru menunjukkan ketidakpercayaan. Kalau menuntut tanda atau bukti berarti kasih itu ada syaratnya. Cinta semestinya tidak menuntut syarat tertentu.
Sering ada ungkapan, “mana buktinya, kalau engkau mencintaiku?”
Cinta yang menuntut syarat-syarat berarti penuh ketidakpercayaan. Cinta yang tanpa syarat itulah yang ditunjukkan Tuhan pada kita. Yesus mengasihi murid-murid-Nya tanpa menuntut syarat tertentu. Bahkan ada murid yang menyangkal-Nya, ada pula yang mengkhianati-Nya.
Yesus menerima murid apa adanya, bahkan jika murid itu gagal menanggapi cinta-Nya. Dia mengasihi tanpa syarat.
Ahli Taurat minta tanda membuktikan bahwa mereka tidak mengenal siapa Yesus yang sesungguhnya. Kalau mereka mengenal Yesus, mereka mengerti dari karya dan ajaran Yesus bahwa Allah mengasihi manusia tanpa syarat, pamrih atau pandang bulu. Yesus itu sendiri sudah mewujudkan tanda kasih Allah.
Mari kita peka bahwa Allah lebih dulu mengasihi kita dalam Yesus. Kita lebih dekat mengenal Yesus supaya mengerti bahwa Allah sungguh mengasihi kita.
Selamat merenungkan. Obor Asian Games sudah menyeberang ke Bali? Berkah Dalem