DALAM sepakbola modern, anak-anak kecil ditampilkan saat permainan akan dimulai. Anak-anak itu digandeng tiap pemain masuk ke lapangan. Selain sebagai pengingat kepada semua penonton untuk menghargai yang kecil, tetapi juga untuk mengingatkan para pemain agar bermain fairplay sebagaimana anak-anak kecil yang jujur, polos, sportif dan semangat.
Anak kecil simbol fairplay.
Dalam dunia pewayangan, orang atau bahkan dewa-dewa yang tidak mau menerima anak kecil akan dihukum oleh Sang Hyang Wenang melalui anak kecil itu sendiri.
Wisanggeni si anak kecil ini mau dimusnahkan oleh para dewa. Dia dibuang di Kawah Candradimuka biar mati dilalap api jahanam. Tetapi Wisanggeni justru tumbuh jadi anak yang kuat perkasa dan menjungkir-balikkan Kahyangan dan para dewa. Semua dewa dikalahkan bahkan Bathara Guru pimpinan para dewa dipermalukan.
Jangan meremehkan anak kecil. Dalam Injil hari ini Yesus mengingatkan kita, “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan menjadi pelayan dari semuanya”.
Lalu Ia mengambil seorang anak kecil dan berkata kepada mereka, “Barangsiapa menerima seorang anak seperti ini demi namaKu, ia menerima Aku”.
Di dalam diri anak kecil justru Sang Pencipta menampilkan diri-Nya. Justru dalam diri mereka yang lemah, kecil dan tak berdaya, Allah menampakkan kuasaNya. Jalan untuk menemukan Allah dapat ditempuh dengan melayani, merendahkan diri, berani mengutamakan yang lemah tak berdaya.
Marilah kita hargai yang kecil, lemah tak berdaya. Itulah nilai moral kristiani. Ke Bogor beli roti unyil. Dibungkus kotak berbunga-bunga. Cintailah mereka yang kecil. Itulah ajakan Yesus kepada kita. Berkah Dalem.