Puncta 23.10.20: Lembaga Survei

0
241 views
Ilustrasi: Pemilu, Pilkada (Ist)

Lukas 12:54-59

BIASANYA menjelang pilpres atau pilkada bermunculan lembaga-lembaga survey. Ada lembaga survey (LS) independen tetapi juga ada yang pesanan.

Semestinya LS bersifat ilmiah, netral, independen, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.

LS yang pesanan biasanya dipakai untuk kepentingan kelompok tertentu sesuai dengan keinginan sang pemesan.

Dulu ada dua kubu LS yang saling mengklaim kemenangan capresnya. Sebelum KPU mengumumkan secara resmi, mereka dengan quickcount sudah mengumumkan capresnyalah yang menang.

Tetapi setelah KPU resmi mengumumkan hasil penghitungan suara manual, rakyat bisa menilai dan terbuka matanya, mana LS yang pesanan alias abal-abal dan mana yang asli dan kredibel.

LS yang kredibel bahkan siap diaudit oleh Persepsi (Perhimpunan Survey Opini Publik Indonesia).

Sedang yang abal-abal takut diaudit karena tidak bisa memenuhi standar sebagai lembaga survey yang ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan.

LS itu menjadi salah satu alat untuk memprediksi, menganalisa dan membantu mengambil kesimpulan atas gejala dan fenomena yang terjadi di lapangan.

LS harus mengumpulkan data sebanyak-banyaknya, tidak asal-asalan saja, agar bisa mempunyai variabel kemungkinan yang bisa ditarik sebagai kesimpulan yang akurat dan kredibel.

Tanda-tanda atau gejala-gejala zaman sekarang dapat diketahui melalui lembaga survey.

Zaman dahulu belum ada lembaga survey. Orang mengandalkan gejala atau tanda-tanda alam. Maka Yesus berkata kepada orang banyak, “Apabila kalian melihat awan naik di sebelah barat, segera kalian berkata, ’akan datang hujan.’

Dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kalian melihat angin selatan bertiup, kalian berkata, ‘Hari akan panas terik.’

Dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, kalian tahu menilai gelagat bumi dan langit, tetapi mengapa tidak dapat menilai zaman ini?”

Sekarang ini ada banyak alat, cara dan kemungkinan untuk menilai sesuatu itu benar atau salah. Namun orang sering tertutup hatinya dan berpikir sempit. Yang penting kelompokku, ideologiku, golonganku walaupun salah tetap dibela mati-matian.

Muncullah Front Pembela Kristus, Alumni Padepokan Wiro Sableng, Barisan Sito Gendheng.

Suara hati sudah tumpul. Tidak mau melihat tanda-tanda zaman. Orang atau bangsa tidak akan maju karena terkurung oleh tempurungnya sendiri. Tidak mau terbuka melihat gelagat tanda-tanda zaman.

Orang modern yang tidak mau membaca survey akan mudah keliru dan jatuh pada lubang yang sama. Mari kita membuka hati dan pikiran untuk melihat realitas kehidupan.

Malam hari ada bulan purnama.
Melintas diantara dua kartika.
Jika hati dan pikiran kita terbuka.
Kita akan melihat indahnya dunia.

Cawas, senandung malam….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here